Buya Syafii Maarif menulis di Harian Kompas 5 Januari 2021. Tulisan yang teduh tapi tajam. Sepemahaman saya dari tulisan Buya Syafii adalah mendorong NU dan Muhammadiyah untuk terus berpikir dan bertindak besar. Tak terjebak pada hal-hal kecil. Jangan terjebak dengan kapling jabatan.
Buya Syafii juga menginginkan NU dan Muhammadiyah sebagai penguat ke-Indonesia-an. Penguat identitas ke-Indonesia-an sebagai modal besar bangsa.
Saya di tulisan ini hanya nguntit saja dengan Buya Syafii. Nguntit saja dengan orang-orang yang sudah jelas kapasitasnya. Seperti orang-orang kaliber dari NU dan Muhammadiyah yang berjuang untuk Indonesia yang beragam ini.
Saya hanya ingin menulis bahwa NU dan Muhammadiyah bukan organisasi yang hanya jual massa. Bukan organisasi yang hanya berkoar saja. Mau bukti? Sangat banyak sekali.
Pendidikan. Di dunia pendidikan Muhammadiyah sudah sangat mengakar. Muhammadiyah punya TK, SD, SMP, SMA, SMK, perguruan tinggi. Sejak kapan? Saya tak tahu. Tapi sudah sejak lama.
Janganlah dihitung berapa anak bangsa yang mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah-sekolah Muhammadiyah. Tapi kalau mau dihitung ya silakan saja, Anda akan lelah dan kesulitan karena saking banyaknya mereka yang pernah sekolah di Muhammadiyah.
Pendidikan NU? Setali tiga uang. Ada TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi yang dikelola NU. Bahkan, NU juga terkenal melalui pendidikan agama melalui pondok pesantrennya. Ada juga sekolah "madin" yang dikelola NU.
Berapa anak yang mendapatkan ilmu dari sekolah-sekolah NU? Banyak sekali. Tak usah dihitung, nanti Anda capai sendiri. Itu baru sekolah teman-teman. Belum rumah sakit, lembaga zakat, dan pergerakan kader kedua ormas itu di masyarakat. Berapa kali gerakan kedua ormas itu melalui kader-kadenya? Banyak kali.
 Zaman media sosial belum ada, gerakan mereka di masyarakat sudah massif. Tak semua gerakan mereka difoto dan divideokan lalu disebar.
NU dan Muhammadiyah telah membuktikan mereka tak hanya berkoar. Sudah banyak yang dilakukan. Bagi saya, apa yang telah dilakukan dua ormas itu telah ikut membangun bangsa.
Jika misalnya NU dan Muhammadiyah itu tak terdengar suaranya, saya tak yakin mereka diam. Lha tiap hari sibuk ngurus sekolah, rumah sakit, badan zakat. Mereka tak berkoar pun mereka tetap ada. Karena kerjanya riil.