Merenung bisa kapan saja. Karena bisa kapan saja, maka bisa di akhir tahun. Hanya merenung bagaimana aku melakukan banyak kesalahan.
Inilah rentetan kesalahanku. Mungkin juga kesalahanmu, kesalahan kita. Aku berpikir, salahkah jika aku mencemari lingkungan? Lalu aku memang mencemari lingkungan dengan asap kendaraanku.
Asap kendaraan itu membuat udara keruh. Aku tak tahu pasti apa yang terjadi ketika asap itu masuk ke tubuhku. Apa yang terjadi pada tubuhku, tubuhmu, dan tubuh kita.
Bisakah aku tak menggunakan kendaraan bermotor? Bisa saja. Tapi pergi ke mana-mana dengan jarak rata-rata 5 Km hanya menggunakan sepeda dan jalan naik turun bagaimana?
Jika kau harus kerja dengan jarak tempuh 15 Km dan sering pulang petang, mau naik sepeda? Tapi bisa naik angkutan umum kan? Ah kan sama saja memproduksi asap.
Aku mencemari lingkungan dengan plastik-plastik yang aku buang itu. Memang aku buang ke tempat sampah, lalu diapakan? Jika plastik itu dibakar, sama saja mencemari lingkungan. Aku pernah baca, asap dari pembakaran plastik itu beracun.
Jika plastik itu dibuang ke tempat pembuangan akhir membuat tanah di sana akan tak sehat. Cacing akan kesulitan menggemburkan tanah karena terhalang plastik yang sulit diurai itu.
Aku yang menggunakan listrik, juga mendorong pemanasan global. Karena energi listrik dari pengolahan batubara. Pengolahan batubara memicu pemanasan global. Aku menggunakan listrik, tapi juga memicu pemanasan global.
Kadang berpikir juga, oli motor itu kan ganti tiap satu sampai dua bulan sekali. Lalu di mana oli motor itu dibuang? Wah aku tak tahu. Coba kalau di kecamatanmu ada ada ribuan motor, berapa oli bekas yang dibuang.
Aku tak ingin mengatakan bahwa kita harus menghentikan semua kesalahan itu. Sebab, setting hidup saat ini tak mungkin meninggalkan listrik, teknologi, dan kemudahan.
Aku berpikir bahwa kita hidup di situasi yang pasti banyak salahnya. Banyak salah karena teknologi yang punya dua sisi, yakni memudahkan dan merusak. Tapi jika ada yang mau berhenti merusak lingkungan, ya ngga apa-apa.