Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penghasilan Istri Lebih Tinggi, Jadi Ingat Istilah "Pamong Praja"

12 Desember 2020   18:14 Diperbarui: 12 Desember 2020   18:16 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. foto thinkstock dipublikasikan kompas.com

Gaji atau penghasilan istri lebih tinggi dari suami adalah fenomena yang sering terlihat. Bahkan, memori saya langsung terlempar ke Purbalingga. Di Kabupaten Purbalingga, marak istilah Pamong Praja atau papa momong, perempuan (mama) kerja.

Di Purbalingga, yang pernah saya baca fenomena Pamong Praja itu muncul. Yang suami bertugas momong anak atau mengurusi anak, sementara yang perempuan atau si mana kerja di pabrik. Apalagi di Purbalingga ada banyak pabrik, yang terkenal tentunya pabrik bulu mata palsu.

Fenomena Pamong Praja juga bisa saya temui di daerah lain, khususnya daerah pengekspor tenaga kerja wanita. Beberapa saudara yang pernah saya temui, juga bisa dilabeli Pamong Praja. Yang lelaki mengurus anak dan yang perempuan jadi tenaga kerja wanita di luar negeri.

Cerita Pamong Praja malah menegaskan bahwa yang menjadi tulang punggung ekonomi adalah si istri. Lalu bagaimana lelaki menyikapi seperti itu?

Yang saya tahu, si lelakinya santai-santai saja. Mungkin malah menikmati sebagai pengasuh anak. Si lelaki tetap mengasuh anak dan sesekali nongkrong sembari ngopi dengan teman. Bahkan, ada yang rutin nongkrong karena uang terus mengalir dari luar negeri sementara si anak sudah besar dan tak perlu diasuh seperti anak kecil.

Itu yang saya ketahui. Tapi, mungkin ada juga lelaki yang uring-uringan karena kalah produktif dengan sang istri. Tapi saya jarang menemui hal seperti itu. Atau bisa jadi yang saya temui kebetulan lelaki yang maaf "malas", jadi tak terlalu mempermasalahkan ketika sang istri jadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Fenomena Pamong Praja adalah fenomena istri kerja dan suami tak kerja. Lalu bagaimana jika suami istri sama-sama kerja dan ternyata si istri memiliki gaji yang lebih tinggi? Ya tak masalah sebenarnya. Karena rezeki orang sudah diatur. Tinggal bagaimana komunikasi antara suami istri terjalin dengan baik.

Ya aneh juga ketika istri memiliki rezeki lebih banyak, lalu suami cemburu. Kan aneh, cemburu kok dengan rezeki. Kalau cemburu dengan tetangga, itu masih masuk akal. Lucu juga misalnya si istri merasa lebih hebat karena berpendapatan tinggi dan cenderung merendahkan suami yang berpenghasilan lebih rendah.

Lalu, jika dua insan yang sudah memastikan diri untuk bersama terganggu hanya karena rezeki yang berbeda kan lucu. Toh bagi suami istri sejatinya "rezekiku adalah rezekimu dan sebaliknya". Jadi biasa saja. Kalau tak biasa, bisa dipertanyakan hubungan suami-istrinya. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun