Tentu bukan bercandaan yang seperti anak-anak. Tapu bercandaan yang menurut saya tetap beda. Bercandaan yang muncul dalam percakapan dua tokoh itu bisa melepas ketegangan.
Kadang saya berpikir, apakah kita sudah sulit bercanda di masa sulit ini. Kadang orang orang penting di negeri ini bertemu dan bicara dari hati ke hati. Mengeluarkan joke sesekali.
Bertemu dan silaturahmi para elite tanpa kebencian itu penting juga. Karena ketika ngobrol dan bicara dari hati ke hati, kemanusiaan akan terasah. Akan ada saling pengertian. Ujungnya tentu saja tak mudah memunculkan provokasi antarsesama
Sepertinya jika ngobrol antar elite itu dilakukan, kita tak selalu disuguhi tentang kekakuan. Kita tak disuguhi tentang narasi kekerasan. Sebab kita masih  bisa bercanda. Bercanda itu merilekskan.
Tentu juga bukan bercanda yang kelewat batas. Bukan bercanda yang berujung sakit hati. Bukan bercanda yang tak pada tempatnya. Bercanda yang tak pada tempatnya juga memberi bukti bahwa si orangnya tak bisa bercanda.
Saya hanya takut, jika bercanda yang kurang membuat kita, khususnya mereka yang ada di level atas malah kelimpungan. Kelimpungan karena apapun dianggap serius.
Akhirnya malah bingung sendiri karena narasi bercanda sudah hilang dari peredaran. Bahkan bisa jadi sudah lupa bagaimana caranya bercanda. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H