Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertaruhan Terakhir Tommy Soeharto

28 September 2020   05:28 Diperbarui: 28 September 2020   05:32 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa tak kenal Hutomo Mandala Putra? Anak mantan Presiden Soeharto ini adalah sosok yang penting di masa Orde Baru. Tapi itu dulu. Kini? Tommy terseok-seok di kancah politik. Dia pun memulai pertaruhan untuk menaikkan marwahnya di dunia politik dengan menggugat Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.

Cerita gugatan Tommy dimulai ketika Partai Berkarya yang dia dirikan kemudian diambil alih oleh Muchri Pr. Muchdi berhasil menjadi Ketua Umum Partai Berkarya melalui Masyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub).

Pada akhirnya, Menteri Hukum dan HAM mengesahkan Partai Berkarya yang dipimpin Muchdi Pr. Karena itulah, Tommy melakukan gugatan pada Menteri Hukum dan HAM. Seperti diberitakan cnnindonesia, gugatan itu  teregister dengan nomor perkara 182/G/2020/PTUN.JKT tertanggal 21 September 2020.

Inti dari gugatan itu adalah membatalkan SK Menteri HUkum dan HAM terkait kepengurusan Partai Berkarya di bawah kepemimpinan Muchdi. Tentunya, Tommy ingin agar dirinya kembali menjadi Ketua Umum Partai Berkarya seperti SK sebelumnya.

Ini seperti pertaruhan terakhir Tommy di dunia politik. Pertanyaannya apakah dia akan kembali menjadi pemimpin Partai Berkarya ataukah Partai Berkarya tetap berada di tangan Muchdi?

Jika melongok ke belakang, sepak terjang Tommy di politik usai Orde Baru tumbang memang tak moncer. Dia pernah digadang jadi salah satu calon Ketua Umum Partai Golkar. Namun, hal itu hanya jadi wacana. Sebab, faktanya Tommy tak pernah berhasil menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Selanjutnya, Tommy membuat Partai Berkarya. Partai ini digadang akan meneruskan kehebatan masa Orde Baru, dengan keluarga Cendana sebagai pusatnya. Namun, performa Partai Berkarya tak memuaskan. Alih-alih mengilap di Pemilu 2019, Partai Berkarya malah gagal masuk ke Senayan.

Perolehan suara Partai Berkarya di Pemilu 2019 hanya 2,06 persen atau mendapatkan 2,9 juta suara. Bandingkan saja perolehan Partai Berkarya dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta?

Jika melihat performa Partai Berkarya di Pemilu 2019, maka itu adalah indikasi kuat bahwa Tommy memang tak memiliki tempat istimewa di dunia politik. Sebab, partai yang dia ketuai tak bisa mendapatkan suara signifikan.

Maka, sekali lagi ini seperti pertaruhan terakhir Tommy di dunia politik. Jika dia menang maka dia bisa bernapas, jika kalah maka sepertinya akan sulit baginya bergeliat ke elite perpolitikan Indonesia. Apalagi jika dia sudah kalah di Berkarya, sepertinya tak akan kembali membangun partai baru. Sebab, membutuhkan pendanaan dan kekuatan politik yang luar biasa.

Sampai sejauh ini, anak dari mantan Presiden Soeharto sepertinya memang tak ada yang  moncer di dunia politik. Yang mengemuka hanya Tommy, Titiek, dan Tutut. Ketiganya pun tak pernah menjadi sosok yang mengilap di dunia perpolitikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun