Ini cerita soal adik tiri mantan Presiden Soeharto, Probosutedjo. Adik Soeharto yang pernah menjadi "Ketua Umum PNI". Seperti diketahui PNI erat kaitannya dengan Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia. Sudah jadi rahasia umum juga bahwa antara Soekarno dan Soeharto memang tak terlalu klop.
Saya akan terlebih dahulu menjelaskan istilah "adik tiri Soeharto" dan "Ketua Umum PNI". Dalam beberapa tulisan, Probosutedjo ditulis sebagai adik tiri Soeharto. Namun, dalam sebuah kesempatan di tahun 2010, saat peluncuran buku, Probo menolak disebut sebagai adik tiri.
Saat itu, kebetulan saya ikut hadir dalam acara tersebut. Saya masih ingat jika Probo bilang jika dia bukan adik tiri. Sebab, dia dan Soeharto lahir dari ibu yang sama. Menurutnya seorang yang lahir dari ibu yang sama tak bisa dinamai adik tiri. Memang Soeharto dan Probosutedjo memiliki ibu yang sama. Namun, keduanya beda ayah.
Saya coba cari tahu di kamus bahasa Indonesia tepatnya di https://kbbi.web.id. Ternyata yang dinamai saudara tiri adalah mereka yang hanya satu ibu atau hanya satu ayah. Definisi yang sama juga saya dapatkan dari https://kbbi.kemdikbud.go.id. Jadi kalau menurut kamus besar, Probosutedjo bisa didefinisikan sebagai saudara tiri. Â
Kedua soal "Ketua Umum PNI". Saya perlu memberi tanda kutip karena PNI di masa setelah Reformasi ada tiga. Di Pemilu 1999, ada tiga PNI yakni PNI (Supeni), PNI Massa Marhaen, dan PNI Front Marhaenis. Nah, Probo ini adalah Ketua Umum PNI Front Marhenis.
Uniknya, saat pemilihan Ketua Umum PNI Front Marhanis, Probo mengalahkan Rahmawati yang tak lain adalah anak dari Bung Karno. Hal itu pernah ditulis oleh tempo. Memang saat itu agak unik ketika saudara Soeharto malah menjadi ketua umum partai yang didirikan Soekarno.
Saat itu, isu yang menguat adalah bahwa ada beberapa pihak yang mencoba "membela" Soeharto. Pembelaan dilakukan agar Soeharto memang tak terkena kasus hukum setelah lengser. Nah, salah satu cara untuk membela adalah melalui jalan politik.
Mereka membentuk partai, termasuk Probo sendiri. Jika partai bisa signifikan mendapatkan suara, maka akan menentukan di parlemen dan bisa membantu Soeharto. Namun, saat itu, partai baru yang diindikasikan sebagai pendukung Soeharto, tak bisa mendapatkan simpati.
PNI Front Marhaenis pun juga tak mendapatkan suara yang signifikan di Pemilu 1999. PNI Front Marhaenis itu mendapatkan suara 0,22 persen. Isu bahwa partai itu ingin membantu Soeharto memang tak pernah terklarifikasi secara jelas. Ya memang zaman dahulu seperti itu. Namun, jika pun Probo ingin membantu saudara tirinya, ya tak masalah juga. Tak ada salahnya jika saudara membantu saudara dalam banyak hal.
Saat itu, sekalipun memakai nama PNI yang identik dengan Bung Karno, Probo memang memperjuangkan agar saudaranya tak kena kasus hukum. Namun, sepak terjang Probo di dunia politik tak berjalan lama. Di Pemilu 2004, tak ada lagi PNI Front Marhaenis sebagai peserta pemilu.
Diketahui, semasa Orde Baru, Probo dikenal sebagai pengusaha sukses. Probo meninggal dunia pada 2018 lalu. (*)