Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Geliat Pilkada, dari 37 Kandidat Positif Corona sampai Kegagalan Petahana

7 September 2020   10:09 Diperbarui: 7 September 2020   11:21 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geliat pilkada serentak mulai terasa. Sebab, pendaftaran bakal calon kepala daerah sudah dilakukan dinamika yang muncul pun beragam. Dari mulai yang berhubungan dengan corona atau Covid-19 sampai pertarungan sengit parpol untuk mengusung calon.

Pelaksanaan pilkada di tengah pandemi memang berisiko. Risiko itu kemudian menjadi nyata ketika Ketua KPU Pusat Arief Budiman mengungkapkan bahwa ada 37 kandidat kepala daerah yang positif Covid-19. Bayangkan saja, ada kandidat kepala daerah posiif Covid-19.

Seperti dikutip detikcom, tidak dijelaskan kandidat siapa saja yang positif Covid-19. Namun, jika saat pendaftaran kepala daerah dilakukan dengan banyak massa dan berkerumun, apakah Covid-19 yang ada di kandidat itu tak merembet ke massa?

Tentunya kekhawatiran yang muncul adalah Covid-19 makin merebak. Maka, sepertinya penyelenggara pemilu perlu lebih menekankan protokol kesehatan dalam tahapan selanjutnya. Bahkan, jika perlu tak boleh ada massa yang mengiringi kandidat ketika mengikuti tahapan pilkada.

Selain Covid-19, dinamika pertarungan partai juga sangat kentara. Ada beberapa hal unik yang terjadi dalam pilkada serentak kali ini. Seperti diungkapkan kompasianer Kang Win, di Kabupaten Bandung, PKS merana. PKS yang punya 10 kursi sebenarnya hanya butuh satu tambahan kursi untuk mengusung calon. Partai Demokrat yang awalnya akan jadi tandem PKS, akhirnya tak terlaksana. PKS yang memiliki banyak itu tak bisa mengusung calon sendiri.

Di Kabupaten Kendal, petahana Mirna Annisa juga gagal maju pilkada. Pasalnya, tak punya dukungan yang sesuai persyaratan. Diketahui Mirna adalah kader Gerindra yang menang di Pilkada 2015 lalu. Kemudian di Pilkada kali ini, Gerindra memang berniat mengusung Mirna.

Namun, untuk mengusung Mirna, Gerindra harus berkoalisi karena kursi Gerindra di DPRD tak cukup untuk mengusung Mirna. Sayangnya, parpol lain sudah berkoalisi yang memunculkan calon. Imbasnya, Gerindra tinggal sendirian dan tak mungkin mengusung Mirna. Akhirnya, Gerindra memutuskan merapat ke PKB dan NasDem. Mirna pun tak punya kendaraan untuk maju di Pilkada.

Beberapa kawan saya di Kendal sempat memberi informasi sebelum tahapan Pilkada 2020 dilaksanakan. Kawan-kawan saya memprediksi bahwa Mirna memang agak berat untuk maju lagi di Pilkada. Prediksi kawan-kawan saya itu kemudian menjadi kenyataan.

Nasib seperti Mirna juga dialami penyanyi Pasha Ungu. Pasha adalah kandidat Wakil Gubernur Sulawesi Tengah berpasangan dengan Anwar Hafid. PPP dan PAN yang tadinya merapat ke Anwar-Pasha. Namun, sampai waktunya tak ada tambahan partai yang mengusung Anwar-Pasha. Imbasnya, PPP dan PAN putar haluan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun