Tapi ada juga orang yang memang terpaksa keadaan. Ini terjadi pada para pedagang kecil di pasar. Mereka yang berdagang kecil-kecilan, kadang rugi. Saat rugi, tak ada lagi uang yang cukup untuk kembali berdagang. Situasinya tentu rumit.
Uang sudah menipis, terancam tak bisa berdagang secara normal. Belum lagi, orang di rumah harus makan tiap harinya. Di sinilah kemudian para pemberi utang itu datang. Mereka seperti para malaikat yang datang tepat waktu. Tentu saja pedagang kecil yang sedang terdesak, akan berutang.
Masalahnya jadi mengerikan karena bunga utangnya luarr biasa. Pedagang-pedagang kecil itu akhirnya kelimpungan hanya untuk membayar bunganya. Semoga saja mereka yang manusiawi diberikan kemudahan untuk meminjamkan uang pada yang membutuhkan. Jangan sampai sudah pedagang kecil, untung kecil, begitu rugi langsung utang dengan bunga yang membumbung tinggi.
Akhirnya, mereka yang utang itu ada dua kelompok. Kelompok yang relatif merdeka dan kelompok yang relatif kepepet.
Bagi kelompok yang relatif merdeka, jangan mudah kena rayu berutang. Hidup normal saja dan memilih tak utang. Tapi jika Anda adalah pengusaha merdeka yang bisa mengukur diri, utang pun juga tak masalah. Asal tahu konsekuensinya. Jika sudah berutang, maka hitung-hitungan keuangannya harus jelas. Saat hitungan jelas, maka disiplinkan diri untuk mengumpulkan uang buat menabung dan membayar utang.
Bagi kelompok yang kepepet utang, peran pemerintah saya pikir penting. Khususnya pada mereka yang pedagang kecil. Jangan biarkan pedagang kecil terjebak pada utang super bunga. Pemerintah perlu membantu agar pebisnis kecil bisa tetap sehat dengan kekecilan bisnisnya. (*)