Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) angkat suara. Seperti dikutip kompas.tv, Ibas mengatakan di masa pemerintahan ayahnya yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ekonomi Indonesia meroket.
Tentu saja, pernyataan itu jadi santapan empuk bagi anggota koalisi pemerintahan Jokowi. Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily langsung melakukan serangan balasan yang telak. Ace bilang Ibas kurang wawasan karena kondisi saat ini yang pandemi beda dengan masa pemerintahan SBY.
Jika debat ini dilanjutkan, saya pikir tak akan menguntungkan bagi Partai Demokrat. Sebab, serangan yang dilakukan Ibas sangat lemah. Lemah karena Ibas membandingkan dua hal di situasi yang jauh berbeda yakni masa normal dan pandemi.
Tentu saja, di masa normal ekonomi akan normal. Di masa pandemi, di penjuru dunia, perekonomian morat-marit. Lain ceritanya jika Ibas mengkritik ketika kondisi Indonesia normal tanpa pandemi. Jika sama-sama normal, maka kritik Ibas akan ramai dan akan ada adu argumentasi
Selain itu, yang namanya serangan mantan memang cenderung mudah dipatahkan. Apalagi mantan dalam urusan politik di Indonesia. Kritik parpol oposisi pada masing-masing pemerintah sejak masa reformasi memang luar biasa.
Hanya memburu di mesin pencari google saja, negatif tiap masa pemerintahan di Indonesia akan terlihat. Apa negatifnya pemerintahan Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi akan mudah didapatkan.
Kalau tak menyiapkan isu yang matang, serangan sang mantan akan mudah dibalikkan. Akhirnya malah seperti kena serangan balik yang mematikan. Atau ketika serangan sang mantan tak spesifik, hanya akan jadu santapan untuk diserang balik.
Para mantan di dunia politik, memang cenderung tak menyerang. Yang sering dilakukan biasanya merespons dengan membandingkan masa lalu. Kalau tak ada angin tak ada hujan, langsung menyerang, ya bisa keok dengan mudah.
Mungkin Partai Demokrat bisa saja mengatakan bahwa Ibas tak sedang menyerang. Tapi, dengan berbicara ekonomi masa SBY yang meroket di masa pandemi yang sulit, jelas bisa dimaknai sebagai serangan.
Saya meyakini Demokrat tak akan memperpanjang isu ini. Sebab, akan sangat merugikan jika dilanjutkan. Apalagi jelang pilkada. Tak bagus juga jika isu ini dilanjutkan karena bisa saja berdampak pada 2024. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI