Manusia yang tak memiliki mentalitas petarung, hanya akan mengeksploitasi mereka yang lemah. Manusia yang tak memiliki mentalitas petarung hanya mengeksploitasi temaram dan kegelapan untuk menutupi mentalitas pecundangnya.
Anak kecil, anak-anak, atau sebutan lain adalah mereka yang cenderung belum bisa menjaga dirinya. Ya karena mereka masih kecil. Jika ada serangan, mereka hanya menangis. Jika diminta memilih, potensi salahnya besar karena mereka masih kecil.
Mereka butuh berkembang. Mereka butuh waktu untuk dewasa. Kasarannya, mereka juga butuh waktu untuk tahu bahwa api itu panas dan es itu dingin. Anak-anak itu harus dijaga dan dididik.
Mentalitas petarung adalah menyiapkan anak untuk bisa kuat, berani, benar, jujur, dan segala nilai baik lainnya. Tapi, mentalitas pecundang adalah mengeksploitasi anak. Memanfaatkan kelemahan anak untuk kepentingan syahwatnya.
Mentalitas pecundang ini juga seperti orang yang sering mengeksploitasi orang baru. Mereka yang baru, dan belum banyak tahu, diplonco seberat-beratnya. Itu mentalitas pecundang.
Kembali ke anak. Problem terbesar dari mentalitas pecundang adalah berbiak. Mentalitas pecundang bisa berbiak. Si A yang sudah bangkotan melakukan aksi pelecehan seksual pada anak kecil bernama si B. Mentalitas pecundang si A ini bisa menurun ke si B dengan balutan balas dendam.
Mereka yang jadi korban ketika kecil, mengekspresikannya ketika dewasa. Mengekspresikan dengan melakukan kekerasan seksual pada anak kecil lainnya. Kasus ini bisa berputar tak keruan. Tak selesai.
Maka, penegakan hukum harus ditegakkan dengan maksimal pada mereka para predator anak. Orang-orang yang telah mengeksploitasi seksual anak kecil itu, dihukum seberat beratnya. Selain itu, antara mereka disuruh olahraga saja supaya memiliki mental petarung.
Bagaimana caranya, ya dilatih tinju saja. Mereka yang melakukan aksi bejat ke anak kecil itu, dihukum berat dan disuruh bertinju antar mereka. Atau olahraga bela diri lainnya. Jadi, mentalitas mereka juga bisa lebih baik.
Selain itu, memang salah satu cara yang ampuh adalah peduli. Ini sekadar cerita saja. Dahulu jika ada anak kecil terlalu jauh bermainnya, kalau tetangganya tahu, si tetangga akan mengajak pulang atau melapor ke keluarga anak kecil itu.
Jadi, antartetangga memiliki kepedulian. Jika kepedulian ini kuat, maka siapapun yang mau macam-macam di lingkungan itu akan mikir-mikir. Namun, kalau kepeduliannya rendah, nah itu yang sulit.