Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jeritan Orangtua Murid SD yang Berulang

14 Juli 2020   12:08 Diperbarui: 14 Juli 2020   12:00 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. foto: kompas.com/indra akuntono

Ini bukan kisah baru. Ini adalah pengulangan soal jeritan orangtua murid SD di masa pandemi. Sebagian mereka keberatan jika kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan online, tatap muka virtual dengan aplikasi. Mereka bilang, ada orangtua murid SD yang tak mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar secara tatap muka virtual.

Oiya, satu hal yang mungkin perlu saya tulis terlebih dahulu adalah bahwa hampir semua anak SD, khususnya yang kelas 1 sampai 2, belum bisa mengoperasikan teknologi yang canggih. Maka, keberadaan orangtua sangat dibutuhkan untuk membantu proses belajar mengajar online.

Kembali ke soal jeritan orangtua murid SD. Informasi soal jeritan orangtua murid SD ini saya ketahui melalui aplikasi perpesanan. Di sisi lain, saya juga ketahui ada guru SD yang mencoba melakukan pembelajaran virtual dengan aplikasi. Sebagian orangtua SD ini kemudian menjelaskan dua jenis ketidakmampuan sebagian dari mereka.

Ketidakmampuan pertama dimaknai sebagai ketidakmampuan menggunakan teknologi. Jadi, mereka tak bisa menggunakan aplikasi yang rumit-rumit itu. Harap pula dipahami bahwa Indonesia itu bukan Jakarta yang banyak orang-orangnya paham teknologi. Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke yang sangat beragam.

Tapi, jenis ketidakmampuan yang pertama ini bisa diselesaikan sebenarnya. Tinggal bagaimana memberi tahu dan mengajari sebentar. Sebab, teknologi sebenarnya diciptakan untuk memudahkan. Artinya, memang mudah dipelajari dan mudah digunakan. Bukti bahwa teknologi itu mudah adalah banyak anak kelas 3 SD ke atas, sudah bisa mengoperasikan telepon genggam.

Ketidakmampuan kedua adalah faktor ekonomi. Faktanya ada orangtua anak SD yang tak memiliki telepon genggam masa kini. Mereka memiliki telepon genggam tapi hanya bisa untuk mengirim pesan pendek dan bertelepon. Kenapa seperti itu? Ya karena tak punya cukup uang untuk membeli telepon genggam masa kini yang canggih itu.

Pada semester yang lalu saja, saya mengetahui ada orangtua anak SD yang tak memiliki telepon genggam canggih. Maka, dia pun kerepotan mengirimkan tugas rumah anaknya. Si ibu itu mengirimkan tugas anaknya tiap pekan sekali. Dia datang ke rumah gurunya untuk menyampaikan tugas anaknya. Ada permakluman. Alhamdulillah.

Ceritanya tentu beda dengan orangtua yang memiliki telepon genggam canggih. Tugas untuk anak hari ini, bisa dipotret dan dikirim lewat aplikasi perpesanan. Istilahnya, tugas hari ini bisa dikumpulkan hari ini.

Jenis ketidakmampuan ekonomi lainnya adalah tak memiliki banyak uang untuk membeli kuota internet. Misalnya, tetap saja punya telepon genggam canggih, namun untuk belajar mengajar virtual yang membutuhkan kuota banyak, tetap kewalahan. Sangat memberatkan jika uang yang tak seberapa di rumah habis untuk kegiatan belajar mengajar online si anak.

Orang-orang yang sedang susah secara ekonomi di masa pandemi ini juga jangan malah disudutkan. Misalnya dengan mengatakan, "untuk belanja saja mampu, beli susu anak saja mampu, masa untuk anak sekolah tak mampu!"

Jangan sudutkan mereka yang sedang kesusahan dengan diminta memilih antara urusan perut atau sekolah anaknya. Sejatinya juga, pendidikan adalah mendidik kita untuk empati, untuk merasakan dan memberi solusi ketika lingkungan kita mengalami masalah. Pendidikan bukan untuk menyudutkan mereka yang tak mampu secara ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun