Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Sepak bola Argentina

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tren Bersepeda, Bukti Gaya Hidup Itu Berputar

26 Juni 2020   12:47 Diperbarui: 26 Juni 2020   12:39 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bergerombol berhenti sejenak kala bersepeda. Dokpri

Gaya hidup itu berputar. Apa yang dulu ditinggalkan, kini kemudian kembali mewabah atau setidaknya kembali digandrungi. Dua di antara contoh yang aku pahami adalah bioskop dan bersepeda.

Bioskop pernah morat-marit. Setidaknya itu yang aku pernah ketahui. Pada 1998 di daerahku di pantura Jawa itu, bioskop sudah kembang kempis. Titanic, setahuku adalah film yang menandai merosotnya bioskop. Sebab, aku ingat waktu itu yang nonton film Titanic hanya segelintir.

Bioskop kala itu kalah dengan film yang diputar di televisi. Selain itu, adanya DVD dan VCD juga makin menghilangkan antusiasme orang ke bioskop. Di awal Reformasi, banyak bioskop bertumbangan.

Namun, setelah lama tertidur, dalam 10 tahun terakhir bioskop kembali hadir. Bioskop baru berserakan di beberapa kota. Orang mungkin senang dengan suasana bioskop. Di sisi lain, penjual VCD dan DVD sudah jarang didatangi konsumen. Bioskop membuktikan bahwa gaya hidup itu berputar.

Hal yang sama adalah bersepeda. Zaman dahulu, bersepeda adalah sebuah kebanggaan. Apalagi di tahun 80-an, bisa bersepeda adalah kemewahan karena masih jarang ada sepeda. Bersepeda lebih bergengsi daripada jalan kaki.

Namun, seiring berubahnya zaman, bersepeda tersingkir karena adanya kendaraan roda dua. Ketika kendaraan roda dua sudah menjamur dan mudah didapatkan, bersepeda mulai ditinggalkan. Hanya pergi dengan jarak 100 meter pun naik kendaraan roda dua.

Di sisi lain, mereka yang berkendaraan roda dua kalah gengsi dengan mereka yang naik mobil. Mereka yang pernah naik pesawat terbang juga merasa lebih bergengsi daripada yang sering naik bus. Begitulah ceritanya.

Belakangan bersepeda kembali digandrungi. Gaya hidup itu berputar dan kembali ke posisi zaman dahulu ketika orang suka bersepeda. Namun, bersepeda memiliki alasan yang lebih kuat lebih dari sekadar gaya hidup. Sebab, bersepeda juga merupakan aktivitas fisik alias olahraga. Bersepeda menyehatkan.

Kebutuhan akan kesehatan sangat tinggi pada orang-orang modern yang lebih kental dengan nuansa instan dan praktis. Orang yang bekerja hanya duduk di kursi, tentu butuh olahraga. Kemudian, sepeda menjadi pilihan karena bisa menyenangkan.

Di waktu pandemi ini bersepeda juga mulai terlihat pesat aktivitasnya. Mungkin karena orang-orang tak bisa bepergian jauh. Maka, untuk bepergian dekat-dekat saja, pakai sepeda tak masalah. Lagipula bisa membuat sehat badan.

Apakah tren bersepeda akan tinggal kenangan di masa yang akan datang. Menurutku tidak seperti itu. Sebab, bersepeda memiliki alasan yang rasional. Bersepeda bukan hanya gaya hidup, tapi gaya hidup sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun