Anak mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yakni Nicholas Sean Purnama memosting foto rumahnya yang dilanda banjir rob. Rob seperti diketahui adalah meluapnya air laut ke daratan. Postingan itu jelas membuka wajah muram Jakarta.
Seperti dilihat dari instagramnya, Sean memosting foto memancing pada area rumahnya yang ada di Perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut). Memancing karena di area rumahnya dilanda banjir rob.
Sepertinya itu adalah posting pengabaran informasi dengan santai. Dalam penjelasannya, Sean melalui akun @nachoseann itu mengkapkan pendapatnya. "In 2020, you don't go to the ocean... the ocean comes to you." Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia kira-kira berarti, "di 2020, kamu tak pergi ke lautan... lautan yang mendatangimu."
Jika melihat postingan Sean, memang cenderung hanya ingin mengabarkan. Apalagi, komen kawan-kawan yang muncul di akunnya juga merespons tanpa bau pertanyaan atau kritik ke pemerintahan.
Namun, postingan ini tentu saja menarik jika ditilik dari beberapa aspek. Pertama bahwa rumah yang ditempati anak mantan Gubernur juga menjadi terdampak atas efek perubahan iklim dan lingkungan.
Ini menandakan bahwa efek dampak kerusakan lingkungan bisa mengenai siapa saja. Tak peduli pejabat tak peduli rakyat. Dalam konteks seperti ini, Pemprov DKI juga harus memperhatikannya.
Tentu ini bukan hanya kasus yang menimpa orang kaya. Orang tidak kaya yang berada di tepian Jakarta saya pikir juga kena dampak perubahan iklim ini.
Kedua, bahwa masalah lingkungan global berdampak pada daerah yang dekat dengan laut. Nah, Jakarta juga berada di dekat laut sehingga memang akan terdampak.
Parahnya lagi, banjir bukan hanya makanan di daerah tepi pantai, tapi di daerah yang jauh dari pantai Jakarta. Seperti diketahui banjir di jantung kota Jakarta sering terjadi.
Ketiga, bahwa postingan itu mendadakan Jakarta memang sedang mengalami masalah yang tak sedikit. Jakarta saat ini sedang berhadapan dengan Covid-19. Di tengah perlawanan itu, kebijakan soal ganjil genap pada kendaraan roda dua juga diprotes warga.
Saya pikir, selain problem tersebut, warga Jakarta bisa lebih paham apa problem yang dirasakan ibu kota. Problem-problem itu harus diselesaikan dengan kebijakan yang jelas. Dengan sinergitas yang jelas oleh para pemangku kebijakan.
Wajah muram Jakarta tentu tak bisa diselesaikan hanya dengan retorika. Kalau hanya pandai bicara, saya pikir banyak yang lainnya. Nah, keberadaan Gubernur DKI Jakarta yang tak lagi sendiri juga bisa jadi senjata melawan segala kemuraman ini.
Adanya Wakil Gubernur saya pikir adalah modal yang cukup bagus. Bukan hanya modal politik, tapi juga modal kepemimpinan, berbagi tugas, dan lainnya. Hanya jangan saling jegal saja ketika akan menjelang pilkada.
Selain itu, postingan anak Ahok jangan sampai diabaikan. Sebab, bisa jadi jika masalah itu diabaikan akan membuat prediksi Jakarta tenggelam menjadi nyata.
Seperti dikutup dari Tribunnews, peneliti Geologi LIPI Jan Sopaheluwakan mengatakan, jika tidak ada perubahan besar dan revolusi infrastruktur, Jakarta diprediksi akan benar-benar tenggelam tahun 2050. Jakarta tidak akan mampu membangun tembok yang cukup tinggi untuk menahan serbuan air dari sungai dan khususnya Laut Jawa. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H