Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ambil Paksa Jenazah PDP Covid-19, Wajib Dicari Tahu Alasannya

6 Juni 2020   09:17 Diperbarui: 6 Juni 2020   09:14 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto hanya ilustrasi. Petugas medis di sela-sela rapid test covid-19 massal yang digelar Badan Intelijen Negara di Pasar Bogor, Senin (11/5/2020). (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Mengambil paksa jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 dari rumah sakit dengan membawa senjata tajam dan banyak massa adalah kesalahan. Namun, wajib dicari tahu kenapa mereka melakukan seperti itu. Agar kita makin paham realitas terdalam masyarakat kita.

Kasus pengambilan jenazah secara paksa terjadi dua kali di Makassar. Seperti diberitakan Kompas.com, cerita pertama terjadi pada Rabu (3/6/2020) di Rumah Sakit Dadi Makassar. Jenazah PDP Covid-19 diambil paksa oleh keluarga saat masih berada di ruang ICU. Saat itu ada seratusan orang yang datang dengan membawa senjata tajam.

Kasus kedua terjadi pada Jumat (5/6/2020) di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Ada sekitar 80 orang yang mengambil paksa jenazah PDP yang berusia 49 tahun. Dua peristiwa pengambilan jenazah PDP tersebut direkam oleh warga dan videonya viral di media sosial

Dalam pandangan saya pribadi, aksi tersebut jelas salah karena menyalahi protokol kesehatan. Selain itu, aksi tersebut juga mengancam kesehatan orang yang mengambil jenazah secara paksa. Sehingga, benar dan salahnya saya pikir tak perlu diperdebatkan.

Yang menurut saya wajib diketahui adalah motivasi kelompok tersebut mengambil paksa jenazah PDP Covid-19. Motivasi ini perlu diketahui agar kita makin paham bagaimana sebagian masyarakat kita memandang Covid-19.

Jika aksi sebagian masyarakat yang mengambil paksa jenazah PDP Covid-19 dipahami, mungkin diperlukan pendekatan dan sosialisasi yang "berbeda". Sehingga, di masa depan jika ada kasus seperti wabah mengerikan ini, ada antisipasi yang lebih baik. Aparat terkait bisa melakukan pendekatan dan sosialisasi yang berbeda. Selain itu, aparat dan masyarakat  bukan hanya mengantisipasi kesehatan, tapi juga antisipasi  secara sosial kemasyarakatan.

Dari dua kasus yang viral itu, belum diketahui apa motivasi mereka. Memang agak susah mengetahui motivasi mereka, agak susah berkomunikasi dengan mereka di masa seperti ini. Sebab, orang pun akan berpikir mendekati mereka, karena khawatir Covid-19 menyebar.

Namun, setidaknya ketika kondisi sudah membaik, aparat terkait bisa mencari tahu lebih dalam motivasi mereka mengambil paksa jenazah PDP Covid-19. Tentu saja, aparat baik di kecamatan atau desa melakukan pendekatan dengan cara yang terbaik.

Saya meyakini, ada nilai yang dipegang sebagian masyarakat kita. Nilai yang kadang berseberangan dengan kebenaran formal dunia kesehatan dan dunia hukum. Nah, kadang ketika dihadapkan pada posisi nilai lokal vs hukum dan kesehatan, sebagian masyarakat masih memegang nilai lokal sebagai patokan.

Ini hanya dugaan saja. Sebab menurut saya, mengambil jenazah hingga membawa banyak orang dan memakai senjata tajam jelas memiliki motivasi tinggi. Tanpa ada nilai yang dipegang, saya pikir tak mungkin orang bisa berani membawa jenazah yang berpotensi menyebarkan Covid-19.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun