Itulah kenangan yang terekam dalam memori saya ketika bertanya via telepon ke Buya Syafii Maarif saat hari wafatnya Gus Dur. Mungkin lebih banyak lagi yang beliau ceritakan pada saya waktu itu, namun saya sudah tak ingat banyak detailnya karena momennya sudah sangat lama.
Beberapa bulan kemudian, saya berkesempatan untuk bertanya pada Buya Syafii. Namun, saya agak lupa kapan momen itu terjadi. Yang pasti di tahun 2010. Kala itu, saya lupa kejadiannya, yang pasti tokoh PAN, Amien Rais membuat pernyataan yang mengundang perhatian publik.
Lalu, saya mencoba meminta pandangan Buya terkait pernyataan Amien Rais tersebut. Seperti biasa sekali telepon langsung diangkat. Namun, kali itu Buya enggan membicarakan soal pernyataan Amien Rais. "Beliau teman saya, tolong tanya sama yang lain saja," kira-kira begitu ucapan Buya pada saya lewat telepon.
Buya dan Amien Rais memang sama-masa lahir dari rahim Muhammadiyah. Bahkan, Buya adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah setelah Amien Rais. Maka, hubungan keduanya tak perlu dibahas panjang lebar.
Jawaban Buya waktu itu memberi kesan bahwa Buya memang menghormati pertemanan, menghormati hubungan baik. Sesuatu yang perlu jadi pelajaran bahwa teman dan hubungan baik memang harus dijaga, bukan dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan sepihak.
Buya juga memberi banyak pelajaran tentang kesederhanaan. Di dunia maya, telah berserakan foto dan artikel tentang kesederhanaan Buya Syafii Maarif. Bagi saya Buya adalah kolaborasi antara integritas, intelektualitas, dan kesederhanaan.
Sekali lagi, selamat ulang tahun Buya Syafii Maarif, semoga panjang umur dan terus menginspirasi banyak orang dengan sikap dan keteduhan. Salam hormat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H