Petugas tim gabungan menjemput terpidana kasus penganiayaan, Bahar bin Smith untuk membawanya ke Lapas Lapas Kelas IIA Gunung Sindur, Selasa (19/5/2020).(Dokumentasi/Humas Ditjen Pemasyarakatan.) Dipublikasikan Kompas.com
Habibi Bahar bin Smith kembali jadi pemberitaan. Setelah sempat bebas beberapa hari, dia kembali dijebloskan ke penjara karena melanggar proses asimilasi. Tak hanya kembali dipenjara, Habib Bahar malah dikirim ke Nusakambangan Cilacap, penjara yang dikenal ketat.
Salah satu alasan Habib Bahar dipindah ke Nusakambangan adalah karena karena simpatisannya berkerumun di Lapas Gunung Sindur. Simpatisan yang ingin bertemu Habib Bahar. Tulisan ini tak akan membahas soal kasus yang menyeret Habib berambut gondrong itu.
Tulisan ini hanya ingin memberi pandangan soal massa. Massa yang sangat identik dengan negeri ini. Habib Bahar punya massa, ya simpatisannya itu. Pihak lain juga punya massa. Jika massa dan massa bertemu dalam kondisi emosi, maka sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi.
Saya melihat negeri ini adalah negeri para massa. Banyak sekali orang atau pihak yang punya massa. Saya akan bahas satu per satu sesuai dengan pandangan saya. Ada massa yang mendukung karena ada uang. Ini adalah rahasia umum ketika ada massa bayaran. Dalam beberapa kasus demo, massa yang datang ternyata tak paham apa yang diperjuangkan.
Massa bayaran ini tentu bukan massa yang solid. Mereka hanya massa untuk gertak sambal. Kalau uangnya tidak dibayarkan atau seret, maka besoknya lagi sepertinya mereka tak akan mau untuk menjadi bagian dari massa.
Massa kedua adalah massa karena utang budi. Ada sebagian orang yang menanam kebaikan sebagai barang dagangan. Mereka menanam kebaikan di banyak tempat. Lalu, di waktunya nanti, tanaman kebaikan itu akan ditagih. "Dulu kan sudah saya bantu, sekarang bantu saya dengan datang ke acara ini," begitu kira-kira.
Massa yang datang pun, datang karena utang budi. Mereka merasa tak enak karena sudah dibantu di masa lampau. Massa seperti ini adalah massa yang saya pikir tak terlalu solid juga. Massa yang mudah pecah kalau berhadapan dengan utang budi yang lebih besar.
Massa ketiga adalah massa yang terbentuk karena kepemimpinan formal. Ya misalnya atasan membutuhkan massa, maka bawahannya yang menjadi massa. Massa ini juga lemah kalau pimpinannya sudah pensiun. Kalau pensiun, tentu sang pimpinan tak bisa lagi menggerakkan anak buahnya.
Massa keempat adalah massa yang memiliki kesamaan kepentingan atau menjadi korban. Dalam beberapa kasus bisa jadi antarkumpulan orang tak memiliki ideologi yang sama, tapi memiliki kepentingan yang sama atau sama-sama menjadi korban dari sebuah kebijakan atau keputusan. Massa ini sangat solid tapi jika kepentingannya sudah beda, mereka akan ambyar.
Massa kelima adalah karena kesamaan ideologi. Ini adalah massa yang cukup penting. Kesamaan ideologi akan membuat massa berani bertaruh melawan siapapun yang mengadang. Ini adalah bentuk massa yang cukup solid. Ideologi di sini bisa dimaknai sebagai partai politik, bisa dimaknai sebagai organisasi non profit.