Sahlan, ditemukan tak bernyawa saat Subuh tiba. Jasad Sahlan remuk di dalam mobil mewahnya usai tersambar kereta sampai ratusan meter.
***
Sahlan sudah keluar masuk berbagai pekerjaan. Dia pernah di perusahaan swasta, pernah kerja di pemerintahan, pernah merasa idealis membantu calon kepala daerah. Tapi, satu per satu pekerjaan itu akhirnya ditinggalkan.
Saat di sebuah perusahaan swasta, Sahlan jadi manajer personalia. Dia yang ikut memberi rekomendasi nasib seorang karyawan. Namun, Sahlan merasa tertekan ketika dirinya diminta atasannya menyingkirkan anak baik di perusahaan itu.
Anak baik itu harus dicopot atau digeser karena saudara atasan ingin posisi itu. Sahlan tertekan. Itu bukan kasus pertama. Sudah berkali-kali Sahlan berada dalam dilema. Dia pernah dipaksa menerima orang bermasalah sebagai karyawan. Sebab, orang bermasalah itu telah membantu owner perusahaannya.
Di usia 34 tahun, Sahlan sebenarnya sudah cukup hebat bisa berada di posisi pemimpin personalia. Akhirnya, Sahlan cabut dan ikut penerimaan pegawai negara. Sahlan memang berotak brilian, maka dia pun bisa melahap pertanyaan tes calon pegawai negara dengan baik.
Sahlan diterima dan dia ditempatkan di bagian keuangan. Sahlan merasa kerepotan mengurusi anggaran yang peruntukannya tak jelas. Memang ada yang bermain pada bagian anggaran tempat Sahlan bekerja.
Kejadian demi kejadian juga membuat Sahlan tak betah. Dua tahun kemudian, Sahlan memutuskan cabut sebagai abdi negara. Setelahnya, Sahlan ikut menjadi sukarelawan temannya yang mencalonkan diri jadi kepala daerah. Sahlan, atas nama idealisme agar orang baik memimpin, maka membantu temannya itu.
Sahlan tahu rekam jejak si teman yang bersih ini. Namun, sama saja ketika di politik. Pertarungan kotor terjadi. Si teman juga merasa harus bermain kotor supaya menang. Sahlan kelimpungan lagi. Hatinya teriak melihat kenyataan yang tak sesuai dengan harapannya.
Dia lari dari dunia politik. Kemudian, Sahlan ditelepon oleh seseorang yang dia tak kenal. Sahlan pun bertemu dan bicara empat mata. Orang itu namanya Anto, pengusaha kaya. Sudah berusia kepala enam lah.
Sahlan juga heran ketika Anto mengerti seluk beluk Sahlan sampai sedetail-detailnya. Anto pun kagum dengan kepandaian Sahlan. Tanpa basa basi, Anto menawarkan jabatan direktur umum pada Sahlan.
Sahlan tak langsung menerima tawaran di perusahaan perminyakan tersebut. Sahlan ngobrol panjang lebar dengan istrinya. Istri yang kalau diajak ngobrol berat langsung tertidur.