Belakangan ini program Keluarga Berencana (KB) kembali digalakkan. Namun, di masa pandemi saat ini, program KB mendapatkan "perlawanan sengit".
Program KB seperti diketahui, sangat gencar dilakukan di masa Orde Baru. Inti dari KB adalah bagaimana agar keluarga cukup memiliki dua anak. Program KB ini seperti tenggelam ketika Orde Baru tumbang pada 1998.
Namun, belakangan program KB kembali digencarkan. Dikutip dari website BKKBN, dijelaskan pada survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2017 diketahui, kepesertaan  KB mencapai 64 persen. Persentase itu naik 2 persen dari survei lima tahun sebelumnya.
Tapi, tingkat putus pakai juga cukup tinggi yakni 34 persen. Di sisi lain, 11 persen pasangan usia subur belum terlayani ikut KB. Dari data itu diketahui bahwa tidak semua pasangan di Indonesia menggunakan alat kontrasepsi.
Nah, "perlawanan sengit" bakal dialami oleh mereka yang mengampanyekan KB di masa pandemi ini. Kenapa "perlawanan sengit"? Sebab saat ini sebagian orang memilih di rumah saja.
Ketika ayah dan ibu di rumah saja, maka intensitas untuk bertatap muka akan sering terjadi. Nah, pandangan bahwa "cinta karena terbiasa" bisa makin menggejala di masa pandemi ini. Selanjutnya, saya tak perlu menceritakan lebih detail.
Tingkat kebosanan ketika di rumah saja juga bisa tinggi. Kebosanan ini bisa diatasi ketika ayah dan ibu berkomunikasi lebih intens. Selanjutnya, tak perlu saya bahas lebih rinci.
Di Amerika Serikat, seperti dikutip detik.com disebutkan jika film dewasa laris manis di masa pandemi. Saya tak tahu bagaimana di Indonesia. Jika fenomena di Indonesia sama, maka perlawanan pada mereka yang mengampanyekan KB akan makin sengit.
Dengam fakta itu, sekarang tinggal pembuktian saja selama 7 sampai 9 bulan ke depan. Apakah ada ledakan angka kelahiran? Jika angka kelahiran meledak dalam 7 sampai 9 bulan mendatang, berarti masa pandemi memang menjadi masa "subur".
Yang juga mungkin terjadi adalah ketika mereka yang berkampanye juga kewalahan di masa pandemi. Mereka yang berkampanye kemungkinan juga akan di rumah saja. Nah, bisa jadi mereka juga mengalami "masa sulit" merealisasikan kampanye pada diri sendiri.
Nah, lalu bagaimana agar program KB tetap berhasil sekalipun ancaman "serangan malam" bisa bertubi-tubi di masa pandemi. Ya bagaimana lagi, pertama adalah penggunaan alat kontrasepsi yang jangka panjang lebih disosialisasikan.