Masa menjelang Lebaran, tunjangan hari raya (THR) adalah bahasan yang istimewa. THR sangat ditunggu oleh para pekerja. Uniknya, dari pengalaman hidup saya, bahkan  yang bukan pekerja atau tak bekerja pada orang tertentu pun minta THR.
Saya memaknai THR adalah gajian plus. Biasanya diberikan menjelang Lebaran. Misalnya, jika di bulan Mei ini pegawai atau pekerja mendapatkan dua kali gaji. Gaji pertama adalah gaji reguler dan gaji kedua adalah gaji atau THR.
Mereka yang mendapatkan THR adalah orang yang bekerja. Ada yang bekerja di perusahaan, ada yang bekerja pada perorangan, atau menjadi aparatur sipil negara (ASN) yang dulu disebut dengan pegawai negeri sipil (PNS).
THR ini sangat bermanfaat bagi pekerja atau pegawai. Sebab, biasanya memang kalau Lebaran memang banyak kebutuhan sehingga biaya hidup membengkak. THR ini menjadi senjata penting untuk menopang kebutuhan yang meningkat di masa Lebaran.
Dulu saya pernah bekerja di sebuah perusahaan. THR Lebaran hanya diberikan pada mereka yang muslim. Sementara yang nonmuslim tak mendapatan THR. Nonmuslim mendapatkan THR sesuai dengan hari raya mereka. Misalnya, yang Nasrani akan mendapatkan THR di bulan Desember saat ada Natal. Tapi pada pengalaman lainnya, saya juga pernah bekerja di sebuah perusahaan yang THR diberikan sama rata di bulan Lebaran.
Nah, di Indonesia, THR menjadi barang yang juga dicari oleh mereka yang bukan pekerja atau bukan karyawan seseorang. Misalnya begini, ini kisah nyata. Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan. Namun memang pekerjaan saya lebih sering di lapangan. Kalau dipersentase dalam satu bulan saya ada di lapangan 80 persen dan di kantor 20 persen.
Imbas dari kerja di lapangan adalah lebih sering berinterasi dengan orang di luar perusahaan tempat saya bekerja. Satu ketika saya memang cukup akrab dengan seorang cleaning service di lembaga negara. Dia ini diketahui bukan ASN, tapi honorer.
Nah, di masa jelang Lebaran saat itu, dia meminta THR pada semua orang yang dia kenal. Termasuk pada saya. Ya menurut saya aneh saja. Meminta THR pada setiap orang yang dia kenal. Kenapa saya bilang begitu karena ada pengalaman lain. Seorang teman yang bukan pekerja di lembaga negara itu, bercerita ke saya bahwa bapak cleaning service itu meminta THR juga ke dirinya.
Saya jadi geli mendengarnya. Pertama saya bukan atasannya. Kedua saya juga buruh. Waktu itu ketika dia meminta THR ke saya, saya hanya kaget saja. Tapi, akhirnya saya tak memberikan THR. Ya tidak mungkin juga pekerja atau buruh seperti saya memberi THR pada orang yang tidak bekerja pada saya.
Kedua, ini juga lucu bagi saya. Saat itu kisaran belasan tahun lalu lah, sudah lama sekali, saya langganan koran. Tentu karena langganan koran tiap pagi pak penjual koran datang ke kost dan mengirimkan koran. Nah, di masa Lebaran kala itu, dia juga minta THR ke saya. Saya juga bingung. Dia yang jualan, dia yang dapat untung, minta THR pula pada saya.
Kalau cerita yang penjual koran ini saya lupa apakah saya memberi uang atau tidak. Mungkin saya patungan dengan teman-teman kost kala itu, atau saya tak memberi uang ke penjual koran tersebut. Saya sudah lupa karena sudah lama sekali.