Penyanyi campursari Didi Kempot meninggal dunia di RS Kasih Ibu Solo, Selasa (5/5/2020). Meninggalnya salah satu dedengkot campursari itu, langsung melayangkan memori ke masa lalu. Masa ketika awal nama Didi Kempot meledak.
Saat SMP kisaran pertengahan dekade 90-an tapi sebelum Reformasi, saya mulai mengenal lebih dekat nama Didi Kempot. Saat itu, hampir setiap hari lagu "Stasiun Balapan" diputar di radio. Saya memprediksi, kala itu banyak daerah di Jawa yang memutar lagu "Stasiun Balapan".
Seingat saya, saingan lagu "Stasiun Balapan" di radio kala itu adalah lagu "Sephia"-nya milik Sheila On7. Dua lagu itu bergantian diputar di banyak radio. Setelah "Stasiun Balapan", banyak lagi Didi Kempot yang meledak, seperti Terminal Tirtonadi, Sewu Kutho, Numpak Omprengan, dan banyak lagi.
Didi yang kelahiran tahun 1966 itu tak hanya terkenal di Jawa, namun dia juga menjadi selebritas di negara Suriname. Maklum saja, di Suriname memang banyak orang Jawa. Tercatat ada sekitar 70 ribu orang Jawa di Suriname. Aksinya dengan rambut panjang itu, sering membius penonton.
Didi adalah sebuah harapan. Setidaknya bagi mereka yang sering di jalanan menjadi penyanyi, Didi bisa menjadi inspirasi. Sebab, Didi Kempot memang dulunya adalah penyanyi jalanan. Walaupun jika menilik darah seninya, Didi bukan figur yang main-main, Kakaknya adalah almarhum Mamiek Srimulat dan bapaknya adalah Ranto Edi Gudel, seniman kesohor di Jawa.
Namun, Didi memulai cerita hidupnya sebagai penyanyi di jalanan. Kembali ke memori tahun 90-an ketika Didi mulai meledak itu. Saat itu, saya penasaran dengan Didi Kempot. Jika melihat parasnya, saya merasa bahwa dia pernah jadi penyanyi pop atau dangdut.
Hanya saja, saat itu memang tak ada perangkat yang membuktikan bahwa Didi pernah menyanyi genre lagu selain campursari. Bertahun-tahun rasa penasaran saya itu tak ditemukan. Sampai kemudian ketika teknologi sudah mulai maju, saya mendapatkan jawabannya.
Saya coba internet dan mencari nama Didi Kempot. Bolak-balik saya cari memang agak kesulitan. Akhirnya saya ingat lagu Didi Kempot yang bukan campursari itu sebagian liriknya adalah  "bidadari turun dari taksi". Akhirnya saya temukan lagunya di YouTube dengan judul bungkus saja.
Mungkin itu video awal dekade 90-an. Didi Kempot bernyanyi dengan Viara R. Saat itu, Didi Kempot masih kurus, rambut pun belum panjang. Silakan bisa lihat di link ini.
Namun, memori itu kemudian berubah drastis beberapa tahun setelahnya, ketika Stasiun Balapan meledak. Didi pun jadi terkenal. Belakangan, Didi tak hanya menyanyi, tapi juga jadi bintang iklan. Kala pandemic Covid-19, Didi memilih konser untuk menggalang dana, sebagai bentuk jiwa sosialnya. Didi Kempot berhasil menggalang dana Rp 5,3 miliar untuk Covid-19.
Meninggal di bulan Ramadan adalah keindahan yang tak bisa digambarkan sepertinya. Kehilangan untuk musik Indonesia, khususnya musik Jawa dan campursari yang sudah membuat nama Didi Kempot terkerek tinggi. Selamat tinggal om Didi Kempot, doaku semoga jalan terang menyertaimu. (*)