Gerakan untuk di rumah saja sudah menggejala dalam beberapa waktu belakangan ini. Penyebabnya adalah mewabahnya Covid-19. Dengan di rumah saja, maka penyebaran Covid-19 bisa diminimalisir.
Lalu, seiring dengan gerakan di rumah saja, ada pihak yang menggelorakan, kira-kira begini, "kami yang bekerja, kamu di rumah saja". Pernyataan itu setahu saya awalnya adalah jargon untuk tenaga kesehatan dan mereka yang bertarung melawan Covid-19.
Ya, tenaga kesehatan yang bertarung melawan Covid-19 memang dipaksa keluar rumah. Mereka ada di rumah sakit dan sejenisnya. Ada juga yang menggali pemakaman yang memang harus keluar rumah. Penggali makam adalah salah satu pihak yang sibuk di masa Covid-19. Ada juga sopir ambulans, dan lainnya yang berhubungan langsung dengan Covid-19.
Belakangan, jargon ini merebak ke banyak pihak. Ada juga setahu saya artis yang memberi jargon itu. Artis bekerja menghibur dan kami diminta di rumah saja. Nah, jargon itu menjadi blunder kalau digunakan semua orang.
Misalnya begini. Artis keluar rumah nyari nafkah melalui acara di TV. Lalu dia bilang, "Kami yang bekerja, kamu di rumah saja". Imajinasi liar saya kemudian muncul bahwa ada yang protes.
Orang protes karena artis memang tak berhubungan dengan pemberantasan Covid-19. "Enak saja kamu keluar nyari nafkah dapat duit dan kami diminta di rumah saja. Ya kalau kamu bisa keluar rumah nyari nafkah, kenapa kami disuruh di rumah? Kami juga butuh nafkah," begitu kira kira mereka yang sewot.
Nah, yang sewot ini kemudian keluar rumah mencari nafkah. Kemudian, karena ingin eksis di media sosial, dia mengupload kegiatannya di luar rumah dan sambil bicara, "kami yang kerja, kamu di rumah saja".
Ternyata, tetangga tahu dan juga sewot. "Enak saja kamu bilang kami disuruh di rumah. Kamu bisa keluar rumah mencari nafkah, kenapa kami diminta di dalam rumah," begitu kira-kira kata si tetangga.
Si tetangga ini pun keluar rumah mencari nafkah. Sambil jalan si tetangga ini mengupload di dunia maya sambil bicara. "Kami yang bekerja, kamu di rumah saja," ujar si tetangga. Makin runyam karena tetangga lainnya juga sama. Tak terima dan mencari nafkah di luar. Makin runyam. Cerita itu kemudian berantai tak terkendali.
Orang-orang kemudian pada keluar rumah mencari nafkah dengan dalih "kami yang bekerja, kamu di rumah saja". Kan repot jadinya jika seperti itu. Tapi maaf itu hanya khayalan saya saja hehe. Menurut saya, kalau memang mau bekerja (yang tak terkait pemberantasan Covid-19) ya bekerja saja. Tak perlu merasa sebagai yang bercurah keringat dan meminta yang lain di rumah saja. Sekalipun bisa bekerja, tentu menjaga diri dengan aman di luar rumah juga perlu dilakukan agar tak terjangkit Covid-19.
Di sisi lain, saya hanya ingin mengatakan, kadang jargon, label, atau kata, hanya cocok diungkapkan kelompok atau pihak tertentu saja. Jika diungkapkan oleh pihak lain, bisa jadi polemik yang berkepanjangan.