Okelah jika statement perlawanan terlalu keras, statement nyentil sebenarnya bisa dilakukan. Bagaimana diksinya, terserah mereka. Tapi perlawanan atau sentilan bisa dilakukan dengan meminta semua pejabat jika diduga konflik kepentingan untuk mengundurkan diri.
Saya pikir sentilan atau serangan seperti itu bisa memberi efek kejut. Setidaknya kembali mengingatkan memori kita semua bahwa anak muda saja bisa legawa, maka yang lebih tua juga hendaknya bisa legawa.
Kalau hanya mundur dan pasrah, akhirnya cerita dugaan konflik kepentingan hanya merekam cerita Belva dan Taufan. Tapi, jika keduanya menyentil atau melawan, maka cerita dugaan konflik kepentingan bisa jadi cerita yang lebih luas.
Jika menilik generasi milenial saat demo RUU KUHP dan KPK, mereka cenderung lebih rileks. Kata-kata mereka tulis cenderung sederhana, ringan, tanpa konfrontasi, dan mengena.
Saya pikir tipikal seperti demo RUU KUHP dan KPK bisa digunakan oleh Belva dam Taufan untuk menyentil dan melawan. Apalagi, keduanya sedang jadi sorotan. Sehingga pernyataan keduanya jika menyentil dan melawan akan jadi sorotan pula.
Sayangnya memang, keduanya tak melakukan perlawanan atau sentilan. Inilah yang kemudian memberi saya sedikit gambaran. Jangan-jangan, generasi milenial sekarang tak terlalu suka politik?
Wah, kalau mereka-mereka generasi milenial yang kreatif dan brilian tak terlalu suka berpolitik, alamat orang-orang bermasalah bakal nangkring di dunia perpolitikan masa depan. Semoga sih jangan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H