Salah satu problem dari seorang mantan adalah bahwa dia harus tak lagi istimewa. Mantan presiden, mantan gubernur, mantan bupati, mantan wali kota, mantan direktur perusahaan, sampai mantan pacar, semua dari mereka tak lagi istimewa seperti sebelumnya.
Mantan presiden tak bisa lagi membuat peraturan presiden. Mantan gubernur tak lagi bisa memimpin rapat resmi di lingkungan provinsi. Mantan bupati tak bisa lagi membuat peraturan bupati. Mantan pacar, saya tak perlu menjelaskan apa ketidakistimewaannya.
Menjadi mantan itu berat. Maka ada istilah post power syndrome. Pada sebuah kesempatan, saya pernah melihat bagaimana seorang mantan pejabat yang cukup dikenal di masa awal Reformasi, kemudian tak terkenal sama sekali di 10 tahun setelahnya.
Si sosok itu memiliki posisi lumayan di kancah politik Indonesia di masa awal Reformasi. Orang yang seperti dia memang jadi sasaran pemburu berita. Namun, 10 tahun kemudian saya lihat sosok ini kala suasana meninggalnya mantan Presiden Soeharto.
Kebetulan saat itu, saya termasuk orang yang berada di kerumunan di Cendana bersama masyarakat lainnya. Saya lihat sosok yang terkenal di masa awal Reformasi itu. Dia berdiri cukup lama di tengah jalan. Mungkin berharap ada yang mendekat atau jurnalis yang mewawancarai.
Dari gesturenya terlihat bahwa dia sedang meminta perhatian. Tapi saya lihat tak ada yang mendekat, tak ada yang mewawancarainya, tak ada yang mengajak ngobrol dia, tak ada yang memotretnya.
Sementara figur lain yang ada di acara duka itu, yang berseliweran, mendapatkan perhatian. Figur lain dimintai pendapat dan ada pula yang tak dimintai pendapat tapi dipotret. Dari kejauhan saya melihat dan bicara dalam hati, "kasihan sekali pak...., tak ada lagi yang mengenalinya lagi."
Sekali lagi, menjadi mantan itu berat. Ada sebuah cerita, ketika seorang pejabat benar-benar diservice oleh masyarakatnya. Si pejabat ini, jika berada di tengah masyarakat, apa-apa langsung disiapkan. Masyarakat sangat tanggap dengan pejabat. Namun, kala tak lagi menjabat, tak ada yang istimewa. Dia duduk pun, tak ada yang peduli.
Maka tak heran jika ada mantan sering bernostalgia. Mantan pacar suka bernostalgia bercerita tentang mantannya. Mantan pejabat bernostalgia bagaimana dia membangun birokrasi di masanya. Mantan aktivis mahasiswa bercerita tentang kehebatannya kala demonstrasi. Nostalgia itu kadang diungkapkan di hadapan orang banyak.
Kembali menjadi biasa atau semula itu tidak mudah. Kembali menjadi orang yang tak terlalu diperhatikan itu sulit. Kemudian, saya teringat dengan mendiang mantan Presiden BJ Habibie.
Saya melihat BJ Habibie adalah sosok yang bisa jadi panutan dalam konteks orang yang sadar setelah tak lagi menjabat. BJ Habibie lebih dikenal sebagai ilmuan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dia adalah politisi.