Maka, menurut saya penundaan pilkada lebih memiliki nilai positif bagi Gibran dan Bobby. Sebab, waktu yang masih panjang ini bisa dimanfaatkan untuk terus memoles diri, baik terkait nama, visi misi, performa di depan publik, dan lainnya.
Keberadaan Gibran dan Bobby yang memutuskan terjun ke dunia politik bisa menjadi beban bagi mereka. Mereka bisa lebih banyak terbebani daripada tenang jika tak mengatur diri dengan baik. Beban terbesar mereka adalah nama besar Jokowi.
Tentu saja, nama besar Jokowi membuat keduanya harus terus berada dalam jalur versi Jokowi. Hal itu harus mereka lakukan saat menjadi kandidat atau saat kampanye. Sekali salah atau terpeleset tak seperti Jokowi, maka bisa jadi boomerang.
Misalnya begini, Jokowi terkenal dekat dan rekat dengan rakyat. Maka, Gibran dan Bobby setidaknya memberi hal yang tak beda dengan Jokowi. Jika mereka berjarak dengan rakyat, maka akan jadi nilai minus pada keduanya. Keduanya pun akan dibanding-bandingkan dengan Jokowi.
Jokowi juga sudah berpengalaman di pemerintahan. Sebab, Jokowi sudah tiga kali jadi pemimpin yakni di Solo, Jakarta, dan Indonesia. Saat Jokowi terkenal, dia sudah memiliki modal bagus sebagai pemimpin.Â
Sementara, Gibran dan Bobby terkenal tapi tak memiliki pengalaman memimpin pemerintahan. Ini bisa jadi senjata bagi lawan keduanya untuk melakukan serangan.Â
Gibran dan Bobby bisa dituding aji mumpung dalam berpolitik. Nah, nama besar Jokowi kalau tak bisa diatur dengan baik bisa menjadi petaka bagi keduanya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H