Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Atletik Artikel Utama

Bob Hasan Wafat, Tongkat Estafet, dan PR di Asian Games

31 Maret 2020   13:20 Diperbarui: 31 Maret 2020   15:48 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bob Hasan, sumber foto wartakotalive.com dipublikasikan surya.co.id

Belum lama ini saya pernah menulis tentang dedikasi Bob Hasan di dunia atletik. Tapi berita duka muncul hari ini Selasa (31/3/2020). Seperti dikutip dari detik.com, Bob Hasan meninggal dunia di RSPAD setelah lama mengidap kanker paru-paru.

Diketahui, selama lebih dari 40 tahun, Bob Hasan menjadi ketua umu Persatuan Atletik Seluruh Indonesia. Selama itu pula Bob Hasan banyak berkorban. Pengusaha yang identik dengan kayu ini tak jarang merogoh koceknya sendiri untuk perkembangan atletik di Indonesia.

Salah satu bukti pengorbanan Bob Hasan adalah saat dia mengeluarkan dana untuk semua kebutuhan Lalu Muhammad Zohri hingga jadi juara dunia atletik junior di Finlandia dua tahun lalu.

Selama menjadi puncak pimpinan di PASI, Bob juga cenderung tak umbar pengorbanannya. Dia sepertinya memang jatuh cinta amat sangat dengan dunia atletik.

Selama menjadi ketua umum PASI, banyak atlet hebat yang muncul. Ada Mardi Lestari yang sprinter itu di tahun 80-an. Ada sprinter Suryo Agung, Lalu Muhammad Zohri. Ada juga pelari jarak jauh masa lalu seperti Eduardus Nabunome, Supriati Sutono, Ruwiyati, Triyaningsih.

Ada juga peloncat jauh Maria Natalia Londa. Ada juga Emilia Nova yang pelari gawang peraih perak di Asian Games 2018. Selain, masih sangat banyak atlet atletik yang mencuat di masa kepemimpinan Bob Hasan.

Wafatnya Bon Hasan di usia 89 tahun, tentu menjadi duka yang mendalam bagi dunia atletik Indonesia. Setelah duka ini datang, kemudian akan muncul pertanyaan siapa yang akan jadi pengganti Bob Hasan?

Saya pikir banyak orang yang bisa memimpin PASI dalam konteks keorganisasian. Namun, memang bukan perkara mudah mencari pemimpin yang mau total berkorban untuk cabang atletik, seperti Bob Hasan. Sebab, atletik memang bukan olahraga penghasil uang berlimpah seperti sepak bola.

Karena itu, siapapun yang memimpin PASI ke depannya, memiliki dedikasi tinggi seperti Bob Hasan, mau berkorban seperti Bob Hasan. Selain itu, mampu memunculkan kompetisi dan bibit unggul dunia atletik.

Pemimpin yang baru diharapkan bisa menerima tongkat estafet dengan sangat baik. Mampu membawa dunia atletik lebih baik lagi. Saya pikir orang-orang di PASI sudah tahu sama tahu bagaimana cara membangun dunia atletik, tinggal melakukan eksekusi gila seperti Bob Hasan.

Satu hal yang penting juga adalah merangkul setiap elemen yang bisa membantu majunya dunia atletik, misalnya makin erat dengan pemerintah dan swasta untuk menggelorakan atletik.

Selain itu, yang juga jadi pekerjaan rumah adalah menaikkan level atletik Indonesia ke level Asia. Menurut saya, atletik Indonesia harus bisa mencuat di level Asia. Ada beberapa alasan yang membuat atletik Indonesia layak memprioritaskan level Asia.

Pertama adalah sumber daya manusia (SDM) yang banyak. SDM Indonesia sangat banyak, dari Sabang sampai Merauke. Saya meyakini banyak potensi di banyaknya SDM itu.

Saya yakin banyak orang yang memiliki kemampuan lari yang bagus. Nah, tinggal bagaimana PASI di tingkat daerah menjaring bibit unggul. Bahkan, saya pikir Indonesia hanya kalah dari China dan India untuk urusan SDM.

Kedua, potensi SDM itu bisa dilihat di cabang sepak bola. Indonesia memiliki banyak pemain sepak bola yang memiliki kecepatan. Itu adalah bakat alami di Indonesia. Hanya saja memang, mereka lebih tertarik ke sepak bola daripada atletik. Sekarang tinggal bagaimana melakukan pendekatan dan pencarian agar bakat-bakat itu tak ngumpul di sepak bola.

Ketiga adalah bukti Zohri. Adanya Zohri yang menjadi juara dunia junior kembali menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi bagus di dunia atletik. Bahkan, potensi itu sudah berkelas dunia. Maka untuk kelas Asia harusnya bisa.

Sekadar diketahui saja, jika di level Asia Tenggara Indonesia cukup bisa berbicara. Namun di level Asia, Indonesia sulit bicara, khususnya di ajang Asian Games.

Dalam sejarah Asian Games, Indonesia hanya mampu mendapatkan empat medali emas. Catat ya, sejak 1951 sampai 2018, hanya dapat 4 emas. Perinciannya, Asian Games 1962 dapat dua emas dari M Sarengat di nomor 100 meter dan 110 meter gawang. Pada 1998 mendapatkan emas dari Supriati Sutono di nomor 5.000 meter putri. Pada 2014 emas didapatkan Maria Natalia Londa di nomor loncat jauh.

Bahkan, saat Indonesia jadi tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia tak mendapatkan medali emas di cabang atletik. Tentu ini jadi PR besar PASI bagaimana agar Indonesia yang punya banyak penduduk ini mampu mendapatkan medali emas. Harusnya Indonesia bisa sejajar dengan India dan Cina yang juga memiliki banyak penduduk.

Di Asian Games 2018, Cina mampu mendapatkan 12 medali emas dari cabang atletik. Sementara India mampu mendapatkan 8 medali emas. Bahkan, sebenarnya Indonesia bisa mencontoh India.

Jika dari emas yang didapatkan, India memang mematok target bukan di kelas elite seperti lari jarak pendek. India sepertinya membidik emas dari lari jarak jauh dan nomor lempar.

Sekali lagi, selamat jalan Pak Bob Hasan semoga terang di sana. Semoga pula, dunia atletik makin terang sehingga membuktikan bahwa kerja keras Bob Hasan selama ini tak sia-sia. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun