Lebih dari empat dekade alias 40 tahun Muhammad Hasan atau yang lebih dikenal dengan nama Bob Hasan memimpin Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).Â
Dia rela berkorban untuk olahraga yang tak "semewah" sepak bola itu. Tak mewah karena perputaran bisnis di dunia atletik tak sebagus sepak bola.
Selain itu, karena memang tak digandrungi banyak orang, atletik pun jarang jadi perbincangan. Jarang ada tongkrongan yang membahas atletik. Padahal, atletik adalah ibu dari hampir semua olahraga.
Mungkin karena atletik tak populer itu, pernah satu ketika jika Bob Hasan mencurahkan perasaannya jika pemerintah tak memperhatikan cabang atletik.Â
Saya menyimpulkan, di lahan yang kering itu, Bob Hasan berjuang puluhan tahun dengan totalitasnya. Gambaran-gambaran totalitas Bob Hasan itu bisa dilihat dari beberapa hal.
Pertama, Bob rela menjadi ketua umum PASI sampai lebih dari 40 tahun. Mengurusi hal yang tak menjanjikan dalam hal ekonomi selama lebih dari 40 tahun adalah bukti totalitas, bukti cinta yang mendalam.
Kedua, Bob yang pengusaha itu, tak ragu merogoh koceknya sendiri. Saat Lalu Muhammad Zohri jadi juara dunia junior lari 100 meter di Finlandia beberapa tahun lalu, Bob adalah orang yang ada di belakangnya. Bob lah yang mengeluarkan duit dari koceknya agar Zohri bisa berbicara di level internasional.
Ketiga, Bob tak berkoar-koar. Sependek ingatan saya, euforia keberhasilan Zohri membuat banyak orang berbicara. Mereka memberikan pujian luar biasa pada Zohri. Beberapa di antaranya juga memberikan hadiah pada Zohri.Â
Banyak orang melambung karena ikut nimbrung dalam kesuksesan Zohri. Namun, Bob yang telah berjuang sedari awal untuk Zohri jarang tersorot.Â
Namun, lelaki yang sudah kepala delapan itu tak terlihat belingsatan. Dia tenang saja ketika banyak orang tak melihatnya di balik kesuksesan Zohri.
Keempat, di masa kepemimpinannya, banyak nama-nama yang mengharumkan nama bangsa dari atletik. Ada raja Asia Tenggara di tahun 80-an, Mardi Lestari. Ada pelari jarak jauh putri Triyaningsih yang mendapatkan emas di Sea Games 2007, 2009, dan 2011 di nomor 5.000 dan 10.000 meter. Ada juga Ruwiyati, kakak dari Triyaningsih yang mendapatkan medali emas di maraton Sea Games 1995 dan 1997.