Mohon tunggu...
Ilham Dzulkifli
Ilham Dzulkifli Mohon Tunggu... -

hamba Allah,Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Ilmu Komunikasi 2014.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mata Kuliah Tauhid Sulit Dipahami

9 Oktober 2014   03:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:48 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14127765171134100772

Yogyakarta,8 oktober 2014, tepatnya pukul 13.25. Mata kuliah tauhid dirasa sulit untuk difahami bagi beberapa mahasiswa.Disamping dosen yang dirasa kurang berkompeten untuk mengampu mata kuliah tersebut, mahasiswa pun baru mengenal pelajaran tauhid ini ketika di perguruan tinggi.Memang ini semua bukan mutlak kesalahan dosen ataupun mahasiswa, namun ini merupakan kesalahan kita semua, yang kurang sadar akan pentingnya sebuah ilmu.

Masalah yang lain adalah, dalam pelajaran tauhid banyak kosa kata- kosa kata yang tidak begitu asing, namun dalam tauhid memiliki makna yang lain.Seharusnya pelajaran tauhid ini sudah diberikan sejak pendidikan dasar, karena tauhid merupakan fondasi bagi kehidupan kita di masa depan.Tauhid merupakan landasan setiap perbuatan kita, setiap langkah kita dan pedoman.

Tauhid merupakan suatu ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan. Tauhid sendiri adalah ilmu yang berorientasi kepada ketuhanan.Tauhid juga digunakan untuk mengetahui hakikat tuhan.Dalam tauhid pun, membahas berbagai cara untuk mengetahui tujuan hidup.Dan kita juga dapat melatih akal kita untuk berfikir secara rasional.

Tauhid lebih mengedepankan akal, sehingga dalam pemikiranya akal kita dibebaskan untuk bertanya apapun yang kita inginkan.Tetapi tauhid pun masih menggunakan qalbu (hati).Dalam pelajaran tauhid, kita sering berkata tentang esa, wahid, dll.Namun inti dari segala macam istilah-istilah tersebut adalah bagaimana kita bisa menyadari bahwa kita itu tidak ada di dunia ini.

Inilah tujuan yang diinginkan dari tauhid, yaitu kita merasa bahwa kita ini tidak ada wujudnya di dunia ini.Memang sulit untuk difahami, bagaimana caranya kita ini dibilang ga ada, padahal kita ada ??.Inilah yang akan dipelajari dalam tauhid ini.

Banyak istilah-istilah dalam pelajaran tauhid ini, salah satunya adalah hikmah.Hikmah adalah semacam limpahan cakrawala, yang mampu melihat dengan tembus pandang, yakni menembus yang dangkal. Melihat bahwa segalanya diliputi Allah SWT.

Adapun cara utuk mendapatkan hikmah adalah dengan cara memperluas ilmu kita, yangmana kita harus menggunakan akal dalam mencari atau memahami suatu ilmu.Maka dari itu, cara untuk mendapatkan banyak hikmah adalah dengan meluaskan akal kita.

Berikutnya ada istilah al-bab jamak dari lub yang berarti hati/qalbu.Makna istilah yang satu ini memang sebagaimana yang tertulis bahwa artinya adalah hati.Namun dalam penggunannya dalam konteks tauhid adalah sebagai perangkat untuk merealisasikan ilmu.

Tuhan itu tidak dapat diketahui oleh akal, namun dapat diketahui oleh hati/qalbu.Akal dapat mengembangkan ilmu, sedangkan qalbu dapat merealisasikanya.Hikmah itu terus berdatangan bila lub (hati) manusia dimaksimumkam dengan cara menghidupkan kuriositasnya(rasa ingin tahu).

Adapun akal manusia adalah memiliki sifat takut akan hal-hal yang baru, hal ini berbeda dengan hati yang cenderung bersifat melindungi.

Pada umumnya manusia merasa berat dalam melakukan perbuatan baik, hanya beberapa orang saja yang memiliki kesenangan dalam memeri/hanya orang-orang yang diberi anugerah saja yang senang dalam melakukan kegiatan memberi ini.Namun sebenarnya, hal yang terjadi pada orang-orang yang senang memberi adalah bukan pada masalah anugerah, tetapi ada proses yang dilakukan oleh akal dan hati.

Hikmah akan bertambah melimpah jika kita dapat melakukan dzikir.Dzikir disini mepunyai 3 tingkatan/proses yaitu, dzakir,dzikir,madzkur. Hikmah dapat dimasuki dengan memaksimalkan al bab, akal, dan qalbu.Dan dzikir pun dapat mengantarkan kita kepada hikmah tersebut.

Cara berikutnya agar dapat melimpahnya hikmah adalah dengan cara dzikir.Yang dimaksud dzikir disini adalah untuk menghilangkan rasa keakuan.Semakin kosong diri kita, maka semakin banyak pula hikmah yang kita dapatkan.Sehingga kita bisa berenang di lautan hikmah yang terbentang luas tak terbatas, yang menawarkan berbagai mutiara dalam ziarah kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun