Bandung -- Berlokasi di Desa Ciwaruga, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, kelompok 74 KKN Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan pendampingan pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sari Ketan.Â
Pendampingan dilakukan selama tiga hari yakni pada tanngal 6, 8, dan 11 Agustus 2022 dan bertempat di rumah Ibu Neli Hayati selaku pelaku UMKM Sari Ketan. Disela-sela kegiatan pendampingan tersebut, penulis Ilham Dwi Nugroho menyempatkan untuk melakukan wawancara dengan Ibu Neli Hayati tentang UMKM Sari Ketan yang dijalankan.
Dari hasil wawancara tersebut penulis mendapatkan informasi bahwa UMKM Sari Ketan dimulai pada kisaran tahun 1989 oleh neneknya Ibu Neli dengan modal awal ratusan ribu rupiah, yang kemudian diturunkan ke anaknya kemudian cucunya yaitu Ibu Neli Hayati. Harga jual pada saat awal membuka usaha dengan sekarang pun tidak sama. " Dulu harga jual per biji itu masih Rp 200, kalau sekarang kan per biji nya sudah Rp 1000", ungkap Ibu Neli.Â
Berbahan dasar beras ketan pilihan yang dibeli langsung dari daerah Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, produk olahan yang dihasilkan oleh UMKM Sari Ketan diantaranya adalah, angleng, ampeang, ali agrem, borondong, cingek, citang, ciyem, cihuy, jitnong, kolontong, opak aci, opak asin, opak manis, ranginang, teng-teng, dan wajit, dengan produk yang banyak digemari adalah borondong, cingek dan jitnong.Â
Proses produksi olahan dilakukan berbeda-beda tergantung permintaan, salah satu contohnya pembuatan jitnong dilakukan 2 kali seminggu dan dalam sekali produksi dihasilkan 300 pcs.Â
Kenaikan produksi biasanya terjadi pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. "Sebulan sebelum Idul Fitri, kita sudah harus mulai menyetok bahan-bahan karena pesanan mulai banyak", ungkap Ibu Neli.Â
Dengan banyaknya pesanan tersebut masalah utama yang dihadapi adalah persoalan modal dan bahan-bahan untuk produksi, modal yang dibutuhkan akan meningkat seiring dengan permintaan pesanan.
Meskipun banyak usaha-usaha yang mulai terjun ke digital marketing, UMKM Sari Ketan yang telah berjalan 33 tahun ini masih tetap bisa bertahan dengan cara yang konvensional.Â