JAKARTA. Salah satu hal yang terlintas di benak banyak orang ketika mendengar nama Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki lautan yang lebih luas daripada luas daratannya. Dengan ini Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Dari lautan yang luas ini, tentu Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya tersebut diantaranya adalah ketersediaan ikan yang melimpah, rumput laut, hingga destinasi wisata bawah laut yang menjanjikan. Sehingga kesejahteraan bagi masyarakat yang berkecimpung di dunia kelautan di Indonesia seharusnya dapat tercapai. Namun apakah benar demikian?
Hasil Produksi dan Ekspor Hasil Laut Indonesia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat produksi perikanan tangkap di Indonesia pada triwulan ketiga pada tahun 2024 sebesar 6,44 juta ton naik 1,52 persen dibandingkan tahun 2023. Hasil produksi perikanan tangkap ini diperkirakan akan menghasilkan nilai produksi sebesar 120,23 triliun rupiah, di mana nilai produksi ini naik 9,23 persen dibandingkan tahun 2023. Jumlah tersebut belum termasuk perikanan budidaya yang jumlahnya juga cukup besar, termasuk budidaya rumput laut. Nilai produksi dari budidaya rumput laut ini sendiri diperkirakan mencapai 62,55 triliun rupiah.
Besarnya hasil produksi perikanan di Indonesia tersebut, tidak heran apabila Indonesia mengekspor hasil tersebut ke luar negeri. KKP mencatat ekspor hasil perikanan Indonesia pada triwulan ketiga di tahun 2024 mencapai 380,75 ton yang diperkirakan menghasilkan nilai ekspor sebesar USD 1,517 miliar dolar.Â
Begitu besarnya sumber daya laut Indonesia tersebut, secara pemikiran awam penulis, tentu nelayan-nelayan di Indonesia akan memperoleh kehidupan yang sejahtera. Namun apakah benar demikian?
Apa itu Nilai Tukar Nelayan (NTN)?
Nilai Tukar Nelayan (NTN) menjadi salah satu indikator dalam melihat kesejahteraan nelayan. NTN mencerminkan perbandingan antara harga yang diterima nelayan dari hasil penjualan tangkapan mereka (output) dengan harga kebutuhan konsumsi dan operasional yang mereka tanggung (input). Semakin tinggi nilai NTN, dapat diartikan bahwa semakin sejahtera dari kehidupan seorang nelayan.
Dalam tiga tahun terakhir atau sejak tahun 2022, angka NTN di Indonesia semakin menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTN Indonesia pada tahun 2024 mencapai 101,76 yang mengalami penurunan dari tahun 2022 yang mencapai 106,45. Berdasarkan data ini secara rata-rata mencerminkan bahwa kesejahteraan nelayan semakin menurun tiap tahunnya, padahal hasil produksi ikan Indonesia meningkat. Sehingga perlu menjadi perhatian oleh pemerintah dalam menangani hal ini.Â
Upaya Pemerintah
Pemerintah tentu tidak akan tinggal diam dalam keadaan seperti ini. KKP terus melakukan bantuan kepada para nelayan di Indonesia. Diantaranya bagi pelaku usaha perikanan, KKP telah mendistribusikan 665.746 bantuan premi asuransi nelayan,  6.853 unit alat penangkapan ikan, dan  926 unit kapal penangkap ikan. Selain itu, saat ini pemerintah terus mendekatkan akses pasar kepada para nelayan dengan memotong jalur perdagangan sehingga hasilnya membaik. KKP juga melarang penggunaan alat penangkap tidak ramah lingkungan dan mulai memberikan fasilitas kepada nelayan dengan penyediaan kapal untuk melaut, alat tangkap dan fasilitas penyimpanan ikan. Terakhir, KKP memberikan bantuan usaha kepada nelayan dengan memberikan fasilitas pembiayaan melalui perbankan maupun non-bank.
Oleh : Ilham Dwi Kuncoro, Resti Yulianda Putri, dan Valencia Febiola Saputri (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI