“Ham, ham, ayoooo!!”. Dedi membuka pintu kamar saya.
Saya melihat jam di henpon masih jam 6 pagi, dan mungkin itu adalah rekor tercepat saya bangun pagi dalam kurun waktu 3 bulan terkahir. Pagi itu kami akan berangkat ke Wonosobo. Pasalnya juragan kos alias yang punya kos lagi mantenan. Kami anak-anak kos diundang. Saya, Dedi, Sigit, Fyan, Dwi, Yugo plus Adhit berangkat jam 8 pagi.
Next destination? Dieng pastinya. Sebuah kota yang indah. Saya punya keinginan yang kuat buat kesana. Backpakeran, celana robek, sendal jepit, kaos kaki yang udah sebulan gak di cuci. Jauh dari laptop dan internet.
Selama perjalanan ke sana gak ada yang menarik, cuma kebut-kebutan diantara truk-truk gede, dan mobil-mobil, biar kami cepat sampai kesana, dan biar lebih efisiennya lagi, supaya pantat gak gempor. Mengambil jalur dengan melewati kota Magelang, lewat Borobudur, dan akhirnya sampailah kami pada sebuah tempat yang dinamakan Wonosobo. Lebih tepatnya lagi pinggiran Wonosobo. Sesampainya disana, salaman, trus di minta duduk di dalem, disuguhi teh panas, dan beberapa cemilan trus apalagi kalau bukan foto-foto.
Saya sempet sms-an dengan seorang teman lama yang berdomisili di Wonosobo. Namanya Dimas. Sudah lama kami tak saling bercerita tentang langit malam dan isinya. *Halah……
Kalau punya waktu cukup rencananya kami akan ketemu ngobro-ngobrol, sambil ngopi ato ngeteh, persis seperti beberapa tahun yang lalu di sebuah burjo. Heheh
Sesi berikutnya kami disuguhi seseuatu yang spesial, makan pagi. Mungkin karena kami anak-anak kos dari juragan yang lagi punya acara, makanya kami di suguhi makan. Acara makan-makan ini tak lepas pula dari acara foto-foto. Yang jadi ikon adalah Dwi.Saya yang paling cepat keluar dari ruang makan itu. Bukan karena saya yang sedang lapar lalu menghabiskan makanan dengan cepat. Tapi saya pengen ngerokok. Dan rasanya gak nyaman juga ngeliat Ibu-ibu yang lagi ngerumpi sambil makan di suguhi asap rokok saya.
Satu per satu anak-anak kos juga mulai keluar dari ruangan makan itu. Bukan arena di usir, tapi memberikan kesempatan pada tamu-tamiu istimewa lainnya yang di suguhi makan.
MaKan gretongan emang enak! :D
Sesampainya di luar, undangan yang datang semakin banyak. Tapi dasar anak-anak kos, tetep aja pada foto-foto. Jepret sana, jepret sini. Sampai akhirnya kamera Dwi baterainya mulai lemes. Gak “di charge”. Suasana adem ayem punmenyelimuti. Selain itu faktor utama : “setelah makan pasti ngantok”, menjadi salah satu Variabel penting. Saya, Fyan , Sigit, Adhit, Dwi, Dedi pun mulai jenuh. Henpon pun mulai di keluarin. Kegiatan utamanya fesbukan. Sedangkan saya lebih ke pada planga-plongo. Upss, Yugo mana??. Bukan kah kami tadi ada tujuh orang yang berangkat dari kos?.
Sekilas tentang Yugo. Sewaktu Yugo, ngisi angin bannya di jalan Magelang, ia ketinggalan.Lebih tepatnya di tinggal. :D Dan sms dari Yugo berisi tentang : Sorry, aku ra melu yoo”.
Mc mantenan si juragan kost pun beraksi, dengan bahasa Jawa “kromo inggil”
“Seddooyyooo….”
“Pangan punten………..”
Dan berbagai bahasa Jawa lainnya yang saya tak mengerti. Saya mulai ngantuk. Saya bertanya kepada Dedi, Sigit, dan Adhit yang notabene adalah orang Jawa. Ternyata mereka pun tak mengerti bahasa tersebut. Dan yang lebih terpenting lagi adalah mereka semua dalam kondisi nguantuk berat. Tapi tetep dengan henpon masng-masing yang eksis di tangan. Saya pun mengeluarkan henpon, saya mulai sms yang ngawur “Numpang buang bonus pulsa”, ke beberapa teman-teman. Sory kawan, bukan bermaksud sombong, tapi ini karena semata-mata ngelawan kantuk.
Adhit dan Fyan adalah dua orang yang punya henpon keren. Paing keren diantara kami. Terutama Adhit yang layarnya bisa di geser-geser alias touch screen. Maka jadilah henpon Adhit sebagai ikon paling sering di jamah anak-anak kos.
Ngantuk attack masih menyerang, perilaku gila mulai menyerang, Fyan mulai mengartikan bahasa Jawa seenak jidatnya. Saya mulai memplesetkan kata saddoyyyooo, dengan lagu “Saddoooyooo,,,,sadddoooyooo,,,,Yumanampo misa papa Samuna muna muna keke Samuna muna muna keke”. Saya tidak bermaksud melecehkan apa paun dan siapa pun, semta-mata ini cuma buat ngilangin kantuk.
Sigit lain lagi, dia mencoba henponnya yang sebenarnya bukan touch screen, buat di touch screen, Kayak nih orang terobsesi dengan henpon yang touch screen.
Semakin ngawor.
Saya pindah ke belakang, saya nyalakan sebatang rokok lagi, sekali lagi ini Cuma buat ngusir kantuk. Sampai pada akhirnya barisan anak-anak kos sedikit heboh.
Heboh, karena ngeliat lalat lagi kawin. Meskipun kamera Dwi baterainya habis, kali ini yang jadi senjata andalan adalah henpon masing-masing.
“Prat,,,, pretttt,,,, prooootttt”
Karena kamera henpon kami hanya berukuran kisaran 1.3 mp sampai 2 mp, hasil gambar pun jadi gak bagus. Bahkan kamera dari hp Adhit pun tak begitu ngaislin gambar yang bagus. Hasilnya ngeblur.
Kehebohan ini akhirnya berhenti setelah panitia acara menghidangkan makan. Dan buat kami tentunya makan ( lagi). Horrreeeeyyyyy! :D.
Sehabis makan kembali lagi mc dengan bahasa Jawanya, dan seorang ustad ( dengan bahasa Jawa) kembali menghiasi acara.
Ngantuk kembali menyerang. Kami berinisiatif, untuk shalat, ada mushala di belakang. Niatnya di mushola selesai sholat kami bakalan tidur-tiduran. Tapi niat itu gak kesampaian. Karena persis begitu kami selesai sholat, pasangan penganten ( juragan kos) udah salam-salaman sama tamu undangan.
Hweiiiii!.
Selesai salaman, kembali ke motor, pasang jaket dan ….
Rencana ke Dieng sudah batal, sejak awal kami datang. Karena jaraknya cukup jauh. Ke Borobudur, adalah alternatif. Tapi apa daya kamera Dwi batereinya udah sekarat. Mau foto-foto pake kamera henpon masing-masing?. Kayaknya nggak. Selain itu faktor cuaca yang nggak jelas juga menjadi pertimbangan. Tapi saya tidak tahu apa alasan paling jelasnya. Kami memilih pulang.
Kost sweet kost.
Kami mendarat sekitar jam 3 sore di kost. Saya suda nggak tau lagi apa yang di kerjain sama ana-anak kost yang lain. Yang saya tau Adhit, Dwi dan Fyan langsung maen badminton. Dedi sudah terkapar. Sigit lagi asik maen internet dengan laptopnya.
Saat saya menuliskan ini, Dedi dan Sigit masih tertidur. Saya,, sebentar lagi tampaknya dan paling jam 2 pagi, melek lagi kaya kalong.
Dieng, saya pasti akan kesana, minimal sebelum ( kalau seandainya saya hengkang dari Jogja, beberapa bulan lagi).
Pasti.
*Ditulis dengan kondisi idung meler, dan dengerin lagu-lagunya Boyzone dan Bryan Adams.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H