Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Saputra
Muhammad Ilham Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Sepak Bola

- M E N U L I S -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kemungkinan "Hybrid Warfare" Antara US-Iran

7 Januari 2020   13:45 Diperbarui: 7 Januari 2020   13:59 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia dikejutkan dengan pemberitaan mengenai serangan udara yang dilancarkan oleh negara adidaya, Amerika Serikat, kepada salah satu petinggi Iran, Qassem Soleimani. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan bahwasanya memang dirinya yang menyuruh pasukannya untuk melakukan hal tersebut. Dengan terbunuhnya perwira militer tertinggi di Iran tersebut, banyak kejadian yang terjadi antara kedua negar tersebut bahkan global.

Bagaimana tidak? kedua negara tersebut memiliki kekuatan yang besar dalam hal minyak. Dengan meningkatkan intensitas antara kedua negara tersebut, seperti yang dilansir oleh cnbc.com, harga minyak Brent naik US$ 2,42 atau 3,6% ke level US$ 68,67 per barel pada Jumat (3/1). Sebelumnya, harga minyak Brent sempat menyentuh level US$ 69,5 per barel.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,87 atau 3% ke level US$ 63,05 per barel. Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak WTI menyentuh level US$ 64,09 per barel, level tertinggi sejak April 2019. Hingga Senin (6/1) pukul 14.30 WIB, harga minyak Brent melanjutkan kenaikan hingga ke level US$ 69,92 per barel. Adapun harga minyak WTI juga naik tipis ke level US$ 64,17 per barel. (Sumber)

Akan tetapi, dunia ditakutkan oleh sesuatu yang besar. Sesuatu yang masih menjadi kemungkinan namun memiliki dampak yang sangat besar terhadap negara-negara lain di seluruh dunia. Yap, perang dunia ketiga. Terbunuhnya Qassem Soleimani oleh pihak AS menyebabkan banyak sekali ungkapan mengenai kemungkinan terjadinya WWIII. Saya pun juga berpikiran ke arah WWIII karena tensi yang berkepanjangan antara AS dan Iran terutama dalam hal nuklir hingga saat ini ditambah dengan terbunuhnya Qassem Soleimani membuat Iran semakin geram dengan AS. Hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya bendera merah pada salah satu mesjid di Iran. Dengan dibentangkan bendera merah tersebut, Iran siap untuk berperang dengan AS.

Perang antara AS dengan Iran akan menimbulkan kemungkinan munculnya beberapa jenis perang diantaranya Proxy War, Asymmetric Warfare, Cyver Warfare, dan ketika ketiga hal tersebut digabungkan akan menjadi Hybrid Warfare. Proxy War adalah sebuah perang dimana aktor nya tidak berfokus kepada negara saja melainkan aktor non-negara pun juga ikut dalam perang ini seperti Non-Governmental Organization atau kelompok-kelompok yang menginginkan adanya perang dengan salah satu kubu tersebut.

Asymmetric Warfare adalah sebuah peperangan yang bahan dasarnya adalah menguasai atau mengintimidasi lawan dengan melakukan sabotase sumber daya. Cyber Warfare adalah perang yang dilakukan untuk menguasai potensi aset di dunia maya (perang internet). Ketiga hal tersebut jika dilakukan secara bersamaan akan menciptakan Hybrid Warfare dimana perang yang memiliki skala sangat besar seperti Perang Dunia. 

Dalam kasus AS-Iran, ketiga hal tersebut kemungkinan terjadi. Proxy War terjadi dikarenakan ada beberapa NGO dan kelompok-kelompok kepentingan yang memiliki rasa dendam terhadap kedua belah negara tersebut sehingga mereka memanfaatkan momentum ini untuk melakukan tindakan kekerasan atau non-kekerasan guna melampiaskan hasrat mereka. Asymmetric Warfare dapat terjadi dikarenakan kedua negara tersebut memiliki kuasa dalam hal minyak dunia. Iran sebagai negara kedua terbesar di dunia yang memiliki minyak sebanyak 10% dari seluruh cadangan minyak yang ada di dunia.

Sedangkan, AS adalah negara yang seperti banyak orang tahu negara yang sangat membutuhkan dan menginginkan minyak. Cyber Warfare besar terjadi karena segala macam yang ada di dunia saat ini terdapat di internet sehingga dalam kondisi ini, internet merupakan alat perang yang sangat menjanjikan karena opini publik dan pemberitaan yang cepat tersedia di Internet. Tak tertutup kemungkinan jika ketiga hal tersebut dilakukan dan terjadi Hybrid Warfare. 

Jika Hybrid Warfare terjadi, keseimbangan perekonomian dan lain-lain akan terganggu. Tidak hanya kedua belah pihak, sudah dipastikan seluruh dunia akan mengambil sikap dalam momen ini karena sejatinya kepentingan negara adalah segala-galanya. Sebagai pengamat, kita hanya bisa berharap dan menunggu bagaimana hasil dari kedua belah pihak. Menurut saya pribadi, ini akan menjadi hal yang sangat seru untuk dibahas dan ditelaah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun