Sepakbola adalah sebuah cara bagi masyarakat untuk meluapkan perasaan bahagia, sedih, emosi, dan lain-lain. Sepakbola adalah cara bagi masyarakat banyak untuk melepaskan penat dan masalah hidup mereka. Sepakbola adalah kebahagiaan. Sepakbola adalah perayaan.
Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap sebuah olahraga bernama Sepakbola tak perlu dipertanyakan. Mereka akan berusaha untuk menonton tim kesayangan mereka secara langsung, melalui saluran televisi, bahkan membeli kuota untuk livestream di internet.
Apapun mereka akan lalukan demi melampiaskan hasrat dan kecintaan mereka terhadap sepakbola. Jika diibaratkan, pecinta sepakbola atau bisa disebut suporter, adalah budak cinta sejati.
Kisah cinta merupakan sesuatu hal yang sangat seru dan menarik untuk dibahas. Terbukti dengan banyak film-film yang mengusung tema cinta, akan meledak di box office sinema Indonesia seperti Ada Apa Dengan Cinta, Habiebie dan Ainun, dan Ayat-Ayat Cinta. Layaknya film cinta, suporter sepakbola patut dimasukkan kedalam kategori tersebut.
Harapan, perjuangan, cinta, kesetiaan, hingga rasa sakit dan isak tangis terjadi kepada para suporter Garuda. Sebagai penikmat sepakbola, kita merasakan kebahagiaan ketika mendukung Timnas.
Akan tetapi, hal tersebut menutupi perasaan sedih ketika menerima kekalahan di partai final AFF 2010 ketika Timnas Garuda harus menerima kekalahan dengan rival serumpun, Malaysia yang masih menyimpan kontroversi hingga saat ini.
Kita harus menerima kekalahan kembali kala Timnas Garuda melawan Malaysia di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Kita bisa saksikan dengan kasat mata bagaimana perasaan dari para suporter Timnas yang sangat menginginkan sang Garuda berlaga di Piala Dunia.
Kekalahan Timnas Muda dengan Vietnam pada laga puncak SEA Games 2019 merupakan sesuatu hal yang terkesan biasa bagi para suporter. Akan tetapi, kita tetap berharap dan optimisme kepada Timnas sambil  menutup mata 'sungai' kita.
Kita memiliki kualitas sungai yang sangat buruk. Sungai yang kita maksud adalah bagaimana kualitas liga sepakbola kita, federasi, peraturan, tim profesional, dan lain-lain. Sebagai pencinta sepakbola, saya harus akui bahwa kualitas 'sungai' kita sangatlah buruk sehingga berdampak kepada 'muara' yang harus ditanggung Timnas.
Kita tentu mengetahui kualitas liga sepakbola di Indonesia. Peraturan yang carut marut, sanksi dimana-mana, tidak adanya transparansi mengenai peraturan, buruknya sistem transfer pemain, hingga pengaturan jadwal pertandingan yang sangat membingungkan.
Hal tersebut berdampak kepada Timnas kita yang harus menerima kenyataan bahwa pemain yang mereka inginkan tidak bisa membela Garuda karena masalah jadwal yang bertabrakan.