Mohon tunggu...
ArraziIlham
ArraziIlham Mohon Tunggu... Administrasi - Muslim Moderat

Halo nama saya Ilham Muhammad Arrazi usia saya saat ini adalah 23 tahun. Menghabiskan hampir separuh hidup saya dengan merantau, 6 tahun di Kota Garut (Mondok dari SMP-SMA di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah), dan 4 tahun di Kota Semarang (lulus kuliah dari Prodi Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro). Saat ini saya sedang mengerjakan project sosial berbasis hortikultura(Hidroponik) yang bernama R2R Garden. Tujuan project tersebut adalah memperbanyak urban gardening khususnya Hidroponik agar terciptanya ketahanan pangan berbasis lokal. Bagi yang tertarik silahkan berkunjung ke akun instagram @r2rgarden

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Putri Tanjung dan Privilege Para Orang "Kaya": Sebuah Refleksi

12 Juli 2021   22:57 Diperbarui: 12 Juli 2021   23:00 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Abu Hurairah (radliyallaahu 'anhu) ia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian" (Muttafaq 'Alaihi).  Shahih Muslim no. 2963. 


Tema ini sangat menarik minat saya dalam beberapa hari terakhir, penyebabnya berawal dari sebuah cuplikan video entah dari tiktok atau instagram saya juga lupa, dalam video tersebut Putri Tanjung (Pengusaha muda, stafsus presiden dan anak dari kolongmerat Chairul Tanjung) bercerita tentang awal mula dia membangun sebuah bisnis, kerja keras yang dia lakukan, dan bagaimana mindset yang dia bangun. Cukup inspiratif, setidaknya bagi saya. Namun ketika lihat isi komentar, netizen-netizen banyak yang berpendapat bahwa posisi Putri sebagai anak Pak CT sudah memberikan kemudahan bagi nya dalam memulai sebuah bisnis. Kemudian ada juga netizen yang membandingkan dengan dirinya yang harus lebih susah payah dalam mengembangkan dan membangun bisnis. Sampailah saya disebuah komen netizen yang menyimpulkan bahwa "privilege" yang dimiliki oleh Putri Tanjung membuat effort dia lebih mudah, pencapaiannya biasa saja jika dibandingkan dengan privilege yang ia miliki, kemudian dilanjutkan dengan kalimat meratapi nasib sebagai orang susah yang tidak punya privilege sembari menghardik dunia bahwa hidup tidak adil. Well, bahasan tentang privilege memang telah lama menarik buat dibahas, tapi akhir-akhir ini sangat menarik minat saya untuk menulis karena beberapa kali terjadi kepada saya dan orang-orang disekitar saya.

Saya sangat yakin bahwa mindset dapat mengubah segalanya. Seperti orang yang sedang dirawat di Rumah Sakit, dokter dan perawat disana pasti akan memberikan kata-kata positif seperti wah bapak sudah sehatan" atau "Ibu keliatanya udah seger sekarang" meskipun si pasien pada kenyataanya masih merasakan sakit, tapi kata-kata tersebut diberikan agar si pasien berfikir bahwa ada kemajuan dalam perkembangan kesehatannya sehingga mempengaruhi perilakunya menjadi lebih semangat, tidak pernah lagi mengeluh ketika harus minum obat, selalu semangat saat menyantap hidangan hingga pada akhirnya si pasien dapat sembuh kembali dengan cepat. Memang kepercayaan sederhana tentang diri sendiri mengarahkan sebagian besar hidup kita, setidaknya itu yang dikatakan oleh Carol S. Dweck, seorang Professor Psikologi Di Universitas Stanford. Carol, yang selama 20 tahun meneliti tentang kekuatan dari mindset mengatakan bahwa pola pikir seseorang akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menambahkan untuk melatih polapikir yang baik, seseorang harus berfikir sehat dan tidak menyalahkan keadaan dirinya, dalam kasus si pasien tadi, Dokter mencoba agar si pasien dapat berfikir "sehat" tidak menyalahkan dirinya atau keadaan disekitarnya yang menyebabkan ia sakit, dengan ia berfikiran sehat, secara tidak langsung akan mempengaruhi dirinya dan proses penyembuhan si penyakit. 

Ada dua jenis mindset yang ada dalam psikologis manusia, pertama adalah fixed Mindset (mindset tetap) yaitu kepercayaan seseorang terhadap ketetapan-ketetapannya sejak ia lahir dan tidak bisa berubah. Ia berpikir bahwa segala yang dimilikinya seperti talenta dan kecerdasan sudah ketentuan dan tidak bisa dikembangkan lagi, sekeras apapun ia berusaha. Kemudian growth mindset (mindset berkembang) yaitu kepercayaan seseorang bahwa segala sesuatu yang dimiliki bisa dikembangkan dan berubah. Orang yang memiliki pola pikir yang berkembang selalu percaya bahwa kecerdasan dan talenta yang sudah diberikan Tuhan selalu bisa dikembangkan. Seseorang tidak bisa menggunakan keduanya, pasti ada kecenderungan terhadap salah satu dari kedua mindset tersebut.

Sementara jika merujuk kepada KBBI, privilege adalah hak istimewa, banyak tafsiran mengenai “hak istimewa” tetapi seringkali privilege diartikan sebagai hak istimewa yang didapat seseorang yang lahir di kalangan keluarga elit. Saya sendiri tidak menentang konsep soal privilege tersebut, toh dalam ilmu sosial, antropolog Ralph Linton juga  pernah menyebutkan istilah assigned status dan ascribed status. Assigned status berarti status yang dimiliki seseorang karena lahir dari golongan tertentu, misalnya keturunan bangsawan atau berasal dari keluarga golongan elit. Sementara itu ascribed status dimiliki karena usaha seseorang itu dan tak ada hubungannya dengan keturunan. Bisa dibilang, privilege berlaku bagi orang-orang dengan assigned status ini. Namun, konsep privilege sangat abstrak, karena ukuran “istimewa” ini hanya berlaku di waktu dan tempat tertentu, sama seperti assigned status, Linton pun mengakui bahwa pada praktiknya tidak mudah menentukan apakah status atau dalam hal ini adalah kesuksesan seseorang itu didapat karena keturunan atau karena memang diupayakan atau bisa jadi kolaborasi keduanya, yang jelas yang saya sepakati privilege adalah “head start” Privilege tidak menjamin kesuksesan, tetapi memperbesar peluang meraihnya. Contoh banyak anak orang kaya yang tidak bisa mengikuti  jejak kesuksesann ayahnya dan Pak CT “ si anak singkong” adalah bukti terbaik dari pernyataan saya tersebut. Jadi Putri Tanjung memang terbantu dengan jaringan dan lingkungan yang telah ia peroleh dari keluarganya, namun tanpa ketekunan dan kecerdasan, belum tentu ia akan sukses seperti sekarang.

www.npr.org
www.npr.org

Mindset adalah salah satu instrument yang lebih masuk akal dibanding “privilege” untuk meraih kesuksesan. Mindset yang baik dan positif serta kemauan untuk berkembang dan maju bisa mengalahkan “ukuran” yang ada pada diri seseorang, kemudian yang paling penting adalah mindset selalu “bersyukur” dengan keadaan yang kita miliki. Nabi Muhammad SAW padahal sudah berpesan bahwa kita senantiasa harus melihat yang berada “dibawah”, bukan yang ada “diatas” agar kita tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita. Karena sesungguhnya setiap dari diri kita memiliki hak istimewanya masing-masing dibanding orang lain, untuk mengetahui seberapa luarbiasa nikmat “istimewa” tersebut hendaknya kita melihat orang-orang yang berada dibawah kita, orang yang memiliki super car tidak perlu minder dengan orang yang punya jet, karena masih banyak orang yang harus nyicil untuk membeli sebuah mobil LCGC. Pun pengguna LCGC juga tidak harus minder, karena banyak orang yang rela berpanas-panasan menggunakan motor saat berkerja, dan di lain tempat ada orang yang harus antri tiap paginya untuk membeli tiket busway/KRL agar bisa berangkat kerja, dan dilain tempat pula banyak orang yang kehilangan pekerjaan mereka akibat PHK dari perusahaa, kemudian dan seterusnya.

Setiap diri kita memiliki keistimewaan masing-masing, baik dalam lingkungan keluarga atau pencapaian materil atau banyak hal lagi, tinggal mindset kita yang harus selalu positif mengutamakan rasa syukur. Karena jika kita menerapkan apa yang disampaikan oleh hadist tersebut serta tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita, potensi untuk mengembangkan apa yang kita punya akan lebih besar, dari pada kita hanya menghardik dunia karena melihat kesuksesan orang lain sembari menuduh bahwa pencapaianya ada hanya karena hak istimewanya. Sungguh ajaran islam sangatlah sempurna dan menyeluruh. Wallahua’lam bisshowaf.


Sumber gambar : VOI.id dan popbela.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun