Mohon tunggu...
Ilham Mustafa
Ilham Mustafa Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar biasa, yang ingin selalu belajar.

Just write...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ditelan Kenyataan "La Rose"

24 Maret 2012   00:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13325477821241286829

Setelah tamat membaca novel ditelan kenyataan, saya mulai tercenung. Ternyata apa yang ditulis oleh La Rose, meskipun sudah lama, tetapi masih berkaitan dengan yang terjadi sekarang. Cerita La Rose, mengenai Mulyono seorang Pejuang. Yang terkenal tegas dan idealis. Diakhir hayatnya ia tidak mendapat apapun dari gelar pejuangnya. Kejadiannya, dimala ketika Broto seorang pemuda yang lugu diperalat Boenchiang searang penyeludup untuk bekerjasama dengan kelompok Mulyono. Boenchiang menjadi penyedia dana pada saat itu. Sampai Mulyono bermasalah dengan Boenchiang dan Broto. Mulyono akhirnya dipindah tugaskan. Sampai akhir hayatnya, Mulyono selalu mengkritik pemerintah, pejuang dan lain sebagainya. Pernah dia menulis, tetapi tidak pernah dimuat karena tidak cocok dengan koran. Pak Mulyono bahkan dikatakan orang stress dan gila. Boenchiang dan Broto, seiring berjalan waktu tetap bekerja menjadi penyelundup. Di samping itu, mereka juga menjadi pahlwan. Sudah berapa kali mereka mendapatkan penghargaan dari presiden. Bagi mereka itu tidak penting, yang penting bagaimana usahanya lancar. Pak mulyono setelah pensiun menjadi prajurit, pernah juga berusaha. Tetapi usahanya gagal, karena ada bangunan yang dikerjkan oleh Broto dan Boenchiang. Jadi, hari-hari Mulyono selalu menggerutu dan menunjukkan sikap tidak puas. Sampai ketika meninggalpun ia susah untuk mendapatkan tempat kuburan. Karena biaya yang cukup besar. Ibu Mulyono kesulitan mengurusnya karena anak laki-lakinya Darwin belum jua pulang. Ia sempat mengurus untuk di makam pahlawan, tetapi tidak ada yang menghiraukan. Sampai akhirnya, Pak Broto membantu Ibu Mulyono. Begitulah, kehidupan Mulyono. Sampai akhirnya ia tidak diakui juga menjadi pejuang. Seolah kenyataan dirinya di telan oleh waktu, tanpa ada yang mengungkap. Mungkin ini masih terjadi di negari ini.. Selamat Pagi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun