Mohon tunggu...
Ilham Mustafa
Ilham Mustafa Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar biasa, yang ingin selalu belajar.

Just write...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Arena Porprov, olahraga atau cari uang?

24 Desember 2012   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:08 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama Porprov XII Sumbar di Lima Puluh Kota, saya ditugaskan untuk meliput acara disana. Selama meliput tentu banyak yang bisa saya rekam dalam pikiran. Mulai dari hasil perolehan medali, kondisi acara serta bagaimana fenomena yang berkaitan dengan Porprov.

Mengenai perolehan medali, tidak perlu diragukn lagi. Padang seperti biasa mempertahnkan Juara Umum yng telah direbutnya. Dari awal acara, Padang sudh tidak terbendung untuk merih medali emas. Disusul kemudian oleh Kab/Kota lain dibawahnya.

Sementara itu kondisi acara, dalam jumpa pers di Media Center KONI Sumbar mengklaim pelaksanaan Porprov sukses. tapi setelah dilihat lagi, setidaknya saya menemukan dua konflik di arena Porprov. Satu di arena tinju di Simalanggang, yang kedua Dayung di Taram. Lomba Dayung lebih parah, para peserta bentrok, sehingga ada yang dilarikan ke rumh sakit. Sungguh ironi!

Saya disini sebetulnya ingin membahas fenomena sosial disini. Apakah Porprov ini ajang olahraga tau cari uang. Secara jelas tampak olahraga. semua berlomba, mencari yang terbaik. Tapi apkah tujuanny murni untuk berlomba? Kalau dilihat dari dua konflik besar (belum lagi konflik kecil), secara jelas memperlihtkan tidak adanya sportifitas yang dijunjung peserta lomba. Semua lebih kepda ajang untuk mencari menang saja. Setidkny itu penilaian saya.

Dalam beberapa perlombaan, saya melihat ada raut bahagia, ada ekspresi kesedihan. Kalau dilihat dalam perlombaan, wajar ada yang menang dan kalah. Yang menang akan bahagia, hyang kalah akan sedih. Tetapi murnikah seperti itu? apakah sedih karena tidak dapat bonus, ataukah takut dimarahi pemda yang mengutus? entah siapa yang harus menjawab itu semua.

Saya, anda dan kita semua, pasti pernah mengikuti lomba. Apakah orientasi kita mencari uang ataukah murni untuk perlombaan. Kalau saya pikir, ketika lomba, kita tujukan yang terbaik, itu saja sudah cukup. Kalau kalah itu biasa saja, kalau kita sudah melakukan yang terbaik.

Jadi dilihat Porprov, saya melihat perlombaan ini menghabiskan banyak anggaran. Kalaulah anggaran ini, dikucurkan untuk pembinaan akan lebih baik olahraga di SUMBAR. Usul saya, kalau di stop saja acara dua tahunan ini sekali saja dan dikucurkan untuk pembinaan akan lebih baik. Tapi itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Semua berproses.

Porprov selanjutnya di Dharmasraya, harapan saya konflik bisa terkurangi. Aamiin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun