Experiential Learning merupakan proses yang melibatkan konstruksi pengetahuan, dimana guru sebagai agen harus kreatif dan juga harus bisa mendorong kreativitas peserta didik. Guru juga harus bisa memberikan tuntutan zaman. Experiential Learning dapat dilaksanakan melalui berbagai tahap, yaitu tahap pengamatan (Concrete Experience), tahap observasi  refleksi (Reflective Observation), tahap konseptualisasi (Abstract Conceptualization), dan tahap eksperimentasi aktif (Active Experimentation).
Experietial learning dan social emotional learning (SEL) merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki hubungan erat. Experiential learning mengacu pada pembelajara yang terjadi melalui pengalaman langsung yang diterima oleh peserta didik. Sedangkan SEL merupakan pendekatan pembelajaran yang diterapkan guna mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang nantinya dapat diterapkan guna memperoleh kehidupan yang baik.
Pada topik 1 membahas tentang KSE yang berdasarkan kerangka CASEL. Lima kompetensi CASEL, yaitu kesadaran diri, manajemen diri, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, kesadaran sosial, dan keterampilan sosial yang akan diterapkan pada experiential learning. Pada topik 2 membahas tentang peran guru sebagai teladan dan guru harus mampu mengontrol emosi dengan EMC2. Hal ini yang akan menjadi dasar saat penerapan experiential learning.
Pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan sosial emosionalnya. Dalam pembelajaran pengalaman langsung, peserta didik dapat melakukan interaksi antar teman, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan. Experiential learning dan SEL membantu peserta didik dalam mempersiapkan kemampuan emosionalnya untuk memperoleh kehidupan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H