Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Kampung, Satu Panggung: Mata Pencaharian Berjoget di TikTok, Fenomena dan Kontroversinya

16 Oktober 2024   14:46 Diperbarui: 16 Oktober 2024   15:28 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Masa depan ekonomi berbasis media sosial ini masih menjadi tanda tanya. "Ekonomi berbasis konten digital memiliki fluktuasi yang sangat tinggi. Satu hari Anda bisa viral, tetapi hari berikutnya bisa hilang dari radar jika tidak konsisten," kata Samuel Hakim, seorang analis media sosial (2023). Ketergantungan pada platform seperti TikTok bisa berisiko jika tren berubah atau platform tersebut melakukan perubahan algoritma yang tidak menguntungkan bagi kreator kecil.

Namun, ada juga peluang untuk diversifikasi. "Jika warga kampung ini bisa mengembangkan keterampilan lain yang mendukung kreativitas digital, seperti editing video atau manajemen konten, mereka bisa tetap relevan meskipun tren TikTok menurun," ujar Dr. Andika Firmansyah, peneliti ekonomi kreatif (2021).

Fenomena kampung di Sukabumi yang menjadikan TikTok sebagai mata pencaharian adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa mengubah kehidupan masyarakat pedesaan. Namun, seperti halnya inovasi lain, fenomena ini harus diimbangi dengan kesadaran akan tantangan dan risiko yang muncul. Apakah tren ini akan bertahan lama atau hanya bersifat sementara, waktu yang akan menjawab.

Bagaimana menurut Anda, apakah TikTok sebagai mata pencaharian adalah solusi kreatif atau justru menciptakan ketergantungan baru yang berisiko? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun