Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Keras Saja Tidak Cukup: Mengapa Kamu Masih Gagal Mendapatkan Lebih?

13 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 13 Oktober 2024   06:46 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Kerja Keras Saja Tidak Cukup: Mengapa Banyak Karyawan Ingin Lebih, Tapi Tidak Berusaha Maksimal?

 

Banyak karyawan merasa bahwa mereka telah bekerja keras dan layak mendapatkan lebih---entah itu promosi, kenaikan gaji, atau pengakuan. Namun, saat evaluasi objektif dilakukan, sering kali usaha yang mereka lakukan belum sebanding dengan harapan. Fenomena ini menciptakan jurang antara ekspektasi dan realita di tempat kerja.

Dalam dunia profesional yang semakin kompetitif, kerja keras hanyalah fondasi awal. Untuk benar-benar mencapai hasil yang lebih besar, diperlukan persistensi dan kemampuan untuk create a value melalui pemecahan masalah. Lalu, mengapa banyak karyawan merasa telah berusaha maksimal padahal hasilnya belum mencerminkan usaha mereka?

Antara Ekspektasi dan Realita

Persepsi sering kali menipu. Banyak karyawan yang merasa telah memberikan segalanya, namun kontribusi mereka tidak diakui oleh perusahaan. Survei HR global menunjukkan bahwa 60% karyawan merasa mereka pantas mendapatkan promosi, namun hanya 30% yang dianggap layak oleh manajemen.

Apa penyebab perbedaan ini? Salah satu faktornya adalah self-assessment yang tidak akurat. Karyawan sering kali menilai usaha mereka dari sudut pandang subjektif tanpa membandingkannya dengan standar objektif yang diterapkan perusahaan. Selain itu, ada bias kognitif di mana karyawan cenderung melebih-lebihkan usaha mereka dibandingkan dengan hasil nyata.

Kerja Keras Adalah Dasar, Tapi Tidak Cukup

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Kerja keras memang diperlukan, namun itu saja tidak cukup. Harvard Business Review menemukan bahwa karyawan yang hanya fokus pada jam kerja panjang, tetapi tanpa strategi yang jelas, lebih cenderung mengalami stagnasi karier. Kerja keras yang tidak terarah hanya akan membuat karyawan merasa sibuk tanpa produktivitas yang nyata.

Contoh nyata dari fenomena ini bisa kita lihat pada mereka yang terjebak dalam rutinitas. Mereka bekerja keras menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa mengambil inisiatif atau berusaha mencari cara baru untuk meningkatkan kinerja mereka. Mereka yang berhasil keluar dari lingkaran ini adalah mereka yang mampu melihat peluang untuk menciptakan perubahan nyata di tempat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun