Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Series Gangguan Mental #4: Gangguan Psikotik: Tanda, Penyebab dan Cara Kita Menyikapinya sebagai Masyarakat

29 September 2024   14:48 Diperbarui: 29 September 2024   14:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

 Keresahan Akan Pemahaman Gangguan Psikotik

Gangguan psikotik adalah kondisi serius di mana seseorang kehilangan kontak dengan realitas. Hal ini sering kali disalahpahami oleh masyarakat karena stigma yang melekat pada penderita. Gangguan ini bisa menyebabkan perubahan perilaku ekstrem, halusinasi, dan delusi, sehingga penderita mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, gangguan psikotik masih kurang dipahami secara luas, seringkali dikaitkan dengan mistisisme atau kekuatan gaib. Kurangnya pemahaman ini menyebabkan penderita terlambat mendapatkan perawatan yang tepat. Selain itu, dukungan masyarakat yang minim membuat penderita gangguan psikotik semakin terisolasi. Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai juga memperparah situasi.

Skizofrenia dan Skizoafektif

Skizofrenia: Gejala, Penyebab, dan Terapi Skizofrenia adalah salah satu bentuk gangguan psikotik yang paling umum dikenal. Penderitanya sering kali mengalami delusi (keyakinan yang tidak sesuai dengan realitas) dan halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada). Penyebab skizofrenia diyakini berasal dari kombinasi faktor genetik, perubahan kimia otak, dan lingkungan.

Penanganan skizofrenia meliputi terapi psikososial dan pengobatan dengan antipsikotik. Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan skizofrenia secara total, terapi yang tepat dapat membantu mengontrol gejalanya dan memungkinkan penderita menjalani kehidupan yang lebih baik. Namun, stigma dan kurangnya pemahaman sering kali membuat penderita enggan untuk mencari bantuan.

Skizoafektif: Perbedaannya dengan Skizofrenia Gangguan skizoafektif, meski sering dikaitkan dengan skizofrenia, memiliki perbedaan signifikan. Penderita gangguan ini mengalami campuran antara gejala skizofrenia dan gangguan mood, seperti depresi atau mania. Artinya, selain halusinasi dan delusi, penderita juga merasakan perubahan suasana hati yang ekstrem.

Perbedaan mendasar antara skizofrenia dan skizoafektif adalah durasi dan intensitas gejala gangguan mood pada skizoafektif. Sementara skizofrenia lebih fokus pada gejala psikotik, gangguan skizoafektif melibatkan elemen mood yang lebih menonjol. Pengobatannya pun lebih kompleks karena memerlukan kombinasi antipsikotik dan stabilisator mood.

Dampak Gangguan Psikotik dan Tantangan yang Dihadapi Penderita

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun