Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jet Pribadi atau Jet Publik? Gaya Hidup Tokoh Elit yang Menciptakan Gelombang Kritik

21 September 2024   17:00 Diperbarui: 21 September 2024   17:17 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Dalam beberapa waktu terakhir, kasus tokoh publik yang menggunakan jet pribadi menjadi sorotan utama dan menciptakan gelombang kritik. Penggunaan fasilitas mewah ini memicu perbincangan, terutama terkait kesenjangan sosial yang semakin mencolok. Selain itu, dugaan gratifikasi juga menyelimuti kasus ini, menambah lapisan kompleksitas yang meresahkan publik. Banyak yang bertanya-tanya: apakah penggunaan jet pribadi ini hanya soal gengsi, atau ada hal-hal lain yang lebih dalam di baliknya?

Jet pribadi sering dilihat sebagai simbol kemewahan yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan elite

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Di Indonesia, kesenjangan sosial masih menjadi isu yang krusial, dan gaya hidup yang kontras antara kelompok kaya dan kebanyakan masyarakat sering kali memicu kecemburuan sosial. Menurut Abel & Kajumulo (2021), ketidaksetaraan yang terlihat secara langsung dalam penggunaan aset-aset mewah ini memperburuk persepsi masyarakat mengenai keadilan sosial. Ketika masyarakat umum berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, tampak bahwa sebagian kecil orang dapat menikmati kemewahan berlebihan, seperti jet pribadi.

Gaya hidup mewah ini semakin sulit diterima publik ketika dikaitkan dengan dugaan gratifikasi. Penggunaan fasilitas pribadi milik orang kaya atau perusahaan untuk keuntungan pribadi oleh pejabat atau tokoh publik sering dianggap sebagai bentuk gratifikasi terselubung. Publik pun mulai meragukan integritas orang-orang yang terlibat, mengaitkannya dengan penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya.

kesenjangan sosial yang semakin tajam dan kecurigaan terhadap adanya gratifikasi

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Kesenjangan antara kelompok elit yang dapat menikmati fasilitas mewah dengan kebanyakan masyarakat yang harus bekerja keras untuk bertahan hidup semakin menciptakan ketidakpuasan sosial. Menurut riset dari Kelley (2021), publik cenderung menjadi lebih kritis terhadap para pemimpin atau tokoh terkenal yang mempertontonkan gaya hidup mewah di tengah situasi sulit, baik secara ekonomi maupun sosial. Hal ini sering dianggap sebagai bentuk ketidakadilan sosial yang memicu reaksi negatif.

Lebih lanjut, penggunaan jet pribadi yang diduga sebagai bagian dari gratifikasi memperburuk persepsi publik. Ketika jet pribadi digunakan oleh pejabat atau tokoh publik tanpa biaya pribadi, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah mereka mendapat fasilitas tersebut sebagai imbalan atas bantuan atau keputusan yang menguntungkan pihak pemberi. Dugaan gratifikasi ini memperkuat stigma negatif terhadap para pelaku yang dianggap memperkaya diri sendiri dengan memanfaatkan posisi atau jabatannya.

Rekomendasi Solusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun