Mohon tunggu...
Ilham ArifRamadhan
Ilham ArifRamadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Masyarakat Indonesia

Belajar adalah ibadah sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dinamika Sosial Masyarakat Pesisir di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba

26 Juli 2024   13:00 Diperbarui: 26 Juli 2024   13:06 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wilayah Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba terletak di bagian paling selatan jazirah Sulawesi Selatan. Berjarak 24 Km dari kota Bulukumba dan 176 Km dari kota Makassar, daerah ini termasuk kawasan pantai dengan elevasi 10 m di atas permukaan laut dan kemiringan rata-rata 2-15 %. Keragaman pekerjaan penduduk menjadi indikator bagi tipologi itu. 2659 penduduk bekerja di bidang pertanian, nelayan 730, dagang 385, pertukangan/kerajinan (perahu) 721 orang, karyawan swasta 251 orang, peternak 243, dan pegawai negeri 156 orang.5). Berbeda dengan penduduk Desa Bira - Salah satu desa tetangga Tanah Lemo - yang bagian terbesar mengenal dan menggeluti kehidupan bahari (sebagai nelayan), orang-orang Tanah Lemo pada umumnya bergerak di bidang pertanian, meski keduanya berada dalam lingkungan ekologi pantai. Karena itu kondisi lahan dapat menjadi sangat determinan bagi kelangsungan hidup mereka. Dapat dimengerti kalau banyak yang merantau; sedang yang pengrajin perahu kecil kemungkinannya untuk beralih profesi ke pertanian, begitu pula yang kebetulan bekerja sebagai nelayan.

1.sistem pengetahuan

Hubungan manusia dengan lingkungan laut didasarkan pada pengetahuan dan gagasan tentang makna dan fungsi lingkungan tersebut bagi kehidupan mereka. Gagasan yang muncul ialah perlunya kerja sama dan pembentukan lembaga untuk mengusahakan pemenuhan berbagai keperluan dasar seperti sarana/ prasarana fisik berupa perahu/kapal, sarana eksploitasi sumberdaya, dan modal.     

Sejauh tinjauan saya mengenai sistem pengetahuan nelayan dalam pekerjaan mereka, nelayan di daerah Bontobahari ternyata memiliki pengetahuan yang melimpah mengenai antara lain pengetahuan tentang biota laut bernilai ekonomi tinggi, lokasi dan sarang ikan, musim, tanda-tanda (di laut, darat, dan angkasa/perbintangan), dan lingkungan sosial budaya. Pengetahuan tentang biota laut bernilai ekonomi tinggi meliputi: spesies-spesies ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, gurita, penyu dan kerang, teripang, akar bahar, tali arus, rumput laut, dan berbagai jenis karang. seperti contoh ikan tuna dan cakalang yang seringkali sukses menjadi hasil tangkapan bagi nelayan Bontobahari,  mempunyai harga tinggi dipasaran, serta pengetahuan mereka mengenai kapan waktu yang tepat untuk melaut supaya bisa mendapatkan hasil yang melimpah.

 2. Sistem kepercayaan

Nelayan di banyak tempat di dunia mempraktikkan keyakinan-keyakinan yang bersumber dari agama atau kepercayaan yang dianutnya sebagai mekanisme pemecahan persoalan-persoalan lingkungan fisik dan sosial yang dihadapi sehari-hari. Nelayan bontobahari yang beragama Islam percaya kepada kekuasaan dan takdir Allah SWT. Banyak sedikitnya hasil yang mereka peroleh dalam kegiatan penangkapan ikan di laut senantiasa dikembalikan kepada takdir. Rintangan berupa ombak besar, dalamnya laut yang diselami pencari teripang, dan angkernya banyak tempat yang kaya sumber daya, semuanya dihadapi dan dilawan dengan keyakinan tentang adanya suatu kekuatan yang lebih menentukan, yaitu Tuhan. Keberanian nelayan-nelayan ini menjelajahi perairan Nusantara dikendalikan oleh keyakinan tersebut yang dipadukan dengan pengalaman dan keterampilan berlayar serta etos ekonominya yang kuat.

          Emosi keagamaan yang terjalin dalam kehidupan mereka bersama kekuatan adat, yang secara umum diidentifikasi sebagai pangngadakkang (Makassar), atau pangngaderreng (Bugis) menyimpan faktor dinamika tersendiri dalam diri para pengrajin. Simbol-simbol keagamaan, seperti rukun tiga belas (rokkong sampulo tallu) dan personifikasi perahu dengan wujud manusia sebagai ciptaan Allah diwujudkan konkritisasinya dalam perahu itu sendiri. Bagi mereka tujuan hidup adalah "abboya dallek hallalak", (mencari rezki yang halal). Sedangkan nilai kerja itu sendiri adalah berkah (barakka'). Konkritisasi berkah terwujud dalam bentuk stabilitas usaha, kondisi ekonomi keluarga, kondisi kesehatan, perkembangan anak-anak dan keselamatan keluarga. Pada pihak lain terjelma pada keselamatan perahu itu sendiri dan kesejahteraan pemiliknya. Agar berkah itu ada dalam suatu kerja, kalambusang (kejujuran) harus dipertahankan dan sikap hidup angngowa (rakus) harus dihindari. Pelanggaran terhadap aturan dapat berakibat fatal, misalnya perahu tidak dapat diluncurkan atau mengalami musibah pelayaran. Itulah sebabnya nilai kejujuran sangat dijunjung tinggi di daerah ini. Tidak pernah, misalnya terjadi pencurian bahan baku perahu.

3. Peran Perempuan

            Berdasarkan hasil wawancara dengan istri nelayan, sering kali keadaan ekonomi keluarga menuntutnya untuk ikut bekerja atau mencari suatu kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarganya. Tekanan ekonomi merupakan faktor utama yang menyebabkan istri bekerja, kurangnya pendapatan keluarga menjadikan ibu rumah tangga turut membantu pekerjaan suami dalam membuat genteng agar kebutuhan keluarga bisa tercukupi.Istri nelayan merasa dengan hanya mengandalkan penghasilan dari suami melaut, itu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, istri nelayan memilih jalan untuk turun melaut bersama suami atau sendiri atau melakukan berbagai usaha untuk menambah pendapatan dari suami. Peranan isteri dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga cukup dominan. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga mencakup beberapa hal, misalnya pengaturan keuangan dalam rumah tangga lebih banyak dilakukan oleh istri. Pengaturan pengeluaran rumah tangga sehari-hari berdasarkan tingkat penghasilan yang diperoleh, dan bukan berdasarkan tingkat kebutuhan konsumsi jumlah anggota rumah tangganya. Usaha yang dilakukan oleh istri-istri nelayan di Desa Bontobahari untuk membantu meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga adalah dengan berdagang kue atau jajanan dan kadangkala menjual hasil laut dengan mengolahnya menjadi cemilan sehat, seperti rumput laut yang bisa diolah menjadi agar-agar, serta berbagai jenis olahan laut lainnya.

4. Struktur sosial

            Masyarakat nelayan di desa Bontobahari terdapat struktur masyarakat nelayan yang terbentuk berdasarkan penguasaan dan kepemilikan modal dan alat produksi. Pada masyarakat nelayan di Kelurahan Pantoloan, pelapisan sosial yang terbentuk terdiri atas tiga strata yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun