''Mbah Demang adalah seorang raden dari kesultanan bangkalan, nama asli beliau ialah raden Abdur Rasyid atau pangeran Cokrokusumo atau kyai mendhung beliau menjabat sebagai demang ayah beliau yaitu sultan Cokrodiningrat II sedangkan ibu beliau bernama Raden Ajeng Knoko. beliau adalah anak ke 25 dari sultan Cokrodiningrat II terhitung dari 46 orang putra dan Putri Sultan Cokrodiningrat II beliau lahir di Bangkalan pada abad ke-18 masehi kemudian beliau pindah dari Bangkalan pada tahun 1835 masehi dengan diikuti rombongannya.
Beliau memiliki 2 istri dan beberapa anak, Untuk istri beliau dalam  masyarakat  penyebutan nama ialah mbah Putri Beliau menjabat sebagai demang ketika beliau berada di prambon tepatnya didaerah bulang, Ujar mbah Khozin (juru kunci makam mbah Demang).
"Makam Mbah Demang sendiri memang gampang dicari. Dari dusun alun-alun, lurus mengikuti jalan lalu belok kiri sudah terdapat papan penunjuk arah ke makam tersebut, makam mbah demang terletak di perbatasan desa Jatikalang persis di sebelah kiri Dusun Kaliboto.
"Masyarakat setempat Dusun Kaliboto, Jati Alun-Alun, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo memperdayakan  potensi makam mbah Demang sebagai wisata religi bagi kalangan masyarakat umum. Biasanya masyarakat yang berkunjung ke makam mbah Demang ingin berziarah ke makam beliau. Warga dusun Kaliboto juga sesekali melakukan kerja bakti untuk membersihkan area sekitar makam.
Makamnya di RT 02 Dusun Kaliboto, Kecamatan Prambon itu menjadi tempat berziarah dan masyarakat sekitar mengharapkan wisata religi makam demang agar dapat dikunjungi banyak masyarakat umum, beliau juga dikenal pandai dalam peperangan antar kelompok atau kerajaan melakukan taktik "adu domba" Â dalam menghadapi segala ancaman, baik secara fisik maupun mistis yang saat itu masih sangat dipercayai.
"Orang berziarah untuk mengenang kewaliyullah dan tidak sedikit yang berdoa di makam itu, Makam Mbah Demang (Kyai Mendhung) yang meninggal pada tahun 1843, termasuk salah satu makam yang dikeramatkan dan dirawat oleh penduduk desa karena ia dianggap sebagai sesepuh desa.
Bertujuan untuk meningkatkan potensi wisata religi makam mbah demang dan tidak setiap hari warga berkunjung atau berziarah ke makam mbah demang. Di sekitar makam bisa dijumpai lambang kesultanan bangkalan dan di dalam makam terdapat silsilah bangkalan saat beliau sedang menjabat sebagai demang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H