Pencetakan ini hanya bertujuan pengembangan ilmu filologi sehingga tidak disertakan terjemahannya dan hanya diberikan kata pengantar bahasa latin.Â
Tahun 1698 Ludovico Maracci, Pendeta Italia mencetak Al-Qur'an lengkap dengan terjemahannya. Lalu di tahun 1787 Kekaisaran Rusia atas perintah Ratu Tsarina Caherin II menerbitkan Al-Qur'an, menurut Arjan Van Dijk Ratu Rusia tersebut ingin umat muslim di sana, terutama di Crimea yang mayoritas muslim bisa mengkajinya lebih dalam dan sebagai simbol toleransi beragama.Â
Pada tahun yang sama akhirnya Turki Utsmani menerbitkan Al-Qur'an cetak dan menjadi negara muslim pertama yang mencetak Al-Qur'an. Selanjutnya disusul oleh negara-negara muslim lainnya seperti Iran bahkan di Leipzig pada abad ke 19.Â
Untuk negara Mesir baru terealisasi pada tahun 1923 meskipun percetakan sudah ada satu abad sebelumnya. Hal itu dikarenakan para sarjana masih menganggap mencetak lafadz Allah merupakan bidah.Â
Dalam buku Sejarah Singkat Penulisan Mushaf Al-Qur'an, disebutkan cetakan Mesir ini menggunakan bacaan qira'ah Hafsh dari Ashim. Perlu diketahui edisi Mesir yang dijadikan standar Qur'an yang diakui seluruh umat Islam saat ini bahkan negara-negara Jazirah Arab merujuk kepada cetakan Mesir seperti cetakan Raja Fahd.Â
Kemajuan percetakan Al-Qur'an ini turut diikuti oleh Indonesia pada abad ke 19 tepatnya pada tahun 1848 di Palembang. Tokoh pelopor cetak Qur'an ini yaitu Muhammad Azhari tetapi ada versi yang mengatakan penerbitan Al-Qur'an pertama kali di Surabaya pada tahun 1950 oleh Penerbit Salim Nabhan dan Afif dari Cirebon. Dari situlah terinspirasi beberapa penerbit di Nusantara untuk mencetak Al-Qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H