Pemanasan global adalah fenomena yang sedang terjadi kali ini. Pemanasan global dapat terjadi karena adanya peningkatan temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Hal itu terjadi karena terperangkapnya panas matahari akibat banyaknya gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer dan menipisnya lapisan ozon. Gas rumah kaca ini terdiri atas CO2, CH4, N2O, dan gas ber-flourin. Dengan konsentrasi tertinggi adalah gas CO2.
      Peningkatan emisi gas CO2 secara terus-menerus akan meningkatkan terjadinya pemanasan global. Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) milik PT Perusahaan Listrik Negara, tercatat emisi gas CO2 sebesar 259,1 juta ton pada 2021. Jumlahnya diperkirakan meningkat 29,31% menjadi 334,6 juta ton di tahun 2030.
       Dengan diproyeksikannya peningkatan gas CO2, maka diperlukan sebuah antisipasi dan solusi untuknya. Pemanfaatan green chemistry pun gencar dilakukan. Salah satunya adalah pemanfaatan mikroalga hijau. Mikroalga merupakan mahluk hidup bersel tunggal dengan ukuran satu sampai ratusan mikrometer yang memiliki klorofil, hidup di air tawar atau laut. Selayaknya tumbuhan, mikroalga ini melakukan proses fotosintesis untuk keberlangsungan hidupnya dan menghasilkan oksigen.
Â
       Kemampuan mikroalga dalam menyerap CO2 sudah banyak dilakukan penelitian, salah satunya oleh Dr. Ivan Spasojevic asal Serbia yang mengembangkan teknologi "LIQUID TREE". Teknologi ini merupakan solusi baru untuk mengatasi permasalahan gas rumah kaca seperti CO2 yang kian tahun meningkat.  Dengan dikultivasinya mikroalga air tawar pada sebuah fotobioreaktor, mikroalga-mikroalga ini dapat menyerap karbondioksida dari lingkungannya dan dikonversikan menjadi oksigen.
     Fotobioreaktor tersebut memiliki kapasitas 600 L dengan isi berupa air dan mikroalga. Kemampuan utama dari alat tersebut adalah menyerap karbondioksida dari lingkungan udara, berfontosintesis, dan menghasilkan oksigen. Selain dari itu, setelah 30 hari atau setengahnya, mikroalga akan menghasilkan biomassa. Mikroalga dalam fotobioreaktor memiliki potensi besar untuk bisa menggantikan pohon yang banyak ditebang. Dengan penyerapan emisi karbondioksida seperti pohon berumur 10-20 tahun. Lalu, mikroalga tidak perlu tempat yang sangat luas untuk tumbuh. Mikroalga ini juga memiliki efiesiensi penyerapan karbondioksida 10-50% lebih baik daripada pohon biasa.
     Tentunya penggunaan mikroalga dalam fotobioreaktor sebagai penjernih udara, sangat berpotensi untuk menjadi solusi di masa depan. Baik dari efektivitas penyerapan CO2, efesiensi tempat, mendukung pembangunan keberlanjutan, dan konsep green chemistry. Pemanfaatan mikroalga ini sangat menjanjikan untuk keberlangsungan teknologi dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H