Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kegiatan mendidik dan mengajar merupakan sebuah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani.
Sedangkan pendidikan karakter itu sendiri merupakan suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat dapat dirasakan pada era saat ini. Dimana tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi sudah bisa dikatakan canggih. Hal demikian itu membuat segala informasi dapat diakses dengan mudah. Sehingga, apapun yang dicari akan mudah didapat dengan istilah 'tinggal ketik klik, lalu muncul'.
Teknologi itu ibaratkan sebuah pisau. Ketika pisau tersebut dipergunakan untuk kebaikan maka kebaikan pula yang akan dihasilkan. Tetapi jika dipergunakan untuk keburukan, maka keburukan pula yang akan dipergunakan.
Kaitan teknologi dengan karakter anak adalah, tidak bisa dihindari bahwa anak-anak dizaman sekarang kebanyakan sudah mengenal teknologi khususnya handphone. Dengan demikian jika tidak dibatasi penggunaannya maka anak akan mengakses apapun yang dia mau tanpa tahu apa akibat yang akan didapatkan. Jika yang diakses merupakan informasi yang baik tentu tidak apa-apa, tetapi jika sesuatu yang buruk itu akan berdapak buruk juga.
Dapat dilihat dari beberapa kasus bahwa terjadi bullying yang banyak terjadi dikalangan anak-anak salah satu faktornya adalah karena tontonan yang mereka tonton. Hal itu juga merupakan salah satu permasalahan karakter pada anak. Yang jelas terlihat mungkin banyak anak yang lupa waktu karena terlalu asik bermain handphonenya. Hal itu juga merupakan salah satu permasalahan karakter pada anak. Dimn anak yang seharusnya bersosialisasi justru hanya berdiam dirumah.
Tentu hal itu merupakan salah satu permasalahannya yang harus dihadapi. Bukan berarti anak tidak boleh diberikan handphone, tetapi haruslah diberikan batasan dalam penggunaannya. Hal ini tentu bertujuan agar segala informasi yang diakses bisa dipastikan merupakan informasi yang baik. Dengan demikian setidaknya mengurangi resiko munculnya informasi-informasi atau konten yang akan berakibat buruk terhadap perkembangan karakter anak.
Pemberian batasan bukan berarti pengekangan, karena terkadang anak yang terlalu dikekang juga mereka biasanya tidak akan terlalu suka dengan hal tersebut. Pendidikan karakter pada anak haruslah menjadi tanggung jawab semuanya tidak hanya guru dengan demikian maka para penerus bangsa Indonesia akan memiliki karakter yang baik.
