Mohon tunggu...
INA X THE JOURNALISM
INA X THE JOURNALISM Mohon Tunggu... Jurnalis - The Journalism

Mari kita kupas berita bersama Journalis~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Jasmerah - 2) Affandi Satu-satunya Tokoh PKI yang Dijadikan Nama Jalan

22 Mei 2024   00:17 Diperbarui: 22 Mei 2024   00:38 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B. D.N. Aidit yang kala itu menjabat sebagai ketua CC Partai Komunis Indonesia, juga mendaftarkan anggota-anggotanya yang melatar belakangi sastrawan, maka dari itu sebagai partai yang pembeda daripada partai-partai yang lain. Partai Sosialis Indonesia saja kala itu hanya mendaftarkan satu saja dari latar belakang budayawan dan seniman. Bagaimana sepercaya diri itu PKI mendaftarkan para budayawan dan seniman di parlemen-parlemen?

Lekra ini kan dirikan oleh D.N. Aidit, M.S. Ashar, A.S. Dharta, dan Njoto. Awal mulanya Lekra ini  terdiri dari A.S. Dharta dan Herman Arjuno sebagai sekretaris pertama, kedua, dan ketiga. Lalu pelukis Henk Ngantung, ada juga Joebar Ajoeb, dan wakil kedua CC PKI Njoto sebagai anggota komite sentral.

Pandangan dari A.S. Dharta sebagai awal kepemimpinan Lekra, menyematkan slogan tersebut dengan "Seni untuk rakyat" dan "Ilmu untuk rakyat". Maka dari itu PKI benar-benar mempercayai juga dari kalangan budayawan dan seniman. Bahkan D.N. Aidit saja mengambil tokoh-tokoh untuk masuk ke PKI bukan sembarang orang, mereka benar-benar harus menguasai dengan bidangnya dan benar-benar pandai. Hampir orang-orang besar dikalangan para budayawan dan seniman itu dari kalangan Lekra seperti S. Sudjojono yang ditahbiskan oleh kalangan para seniman sebagai "Bapak Seni Rupa Modern Indonesia", setelah itu ada Pramoedya Ananta Toer yang sangat dikenal bukan hanya dalam negeri saja tetapi luar negeri juga dengan karya-karya sastranya, lalu ada Hendra Gunawan, Djoko Pekik dikalangan para pelukis.

Di penghujung jalan hidup Affandi

Tahun 1965 menjadi arak-arakan dari para tokoh hingga masyarakat yang melatarbelakangi PKI layaknya domba yang harus disembelih. Di kemanakah Affandi kala itu? Apakah dirinya bersama para tahanan yang siap untuk dibidik?

Orang tua budayawan Butet Kartaredjasa yakni Bagong Kussudiardja yang menjadi penyelamat dari nyawa Affandi kala itu. Sapaan Bagong tersebut, yang kala itu diamanatkan dan dipercaya dekat dengan Kodam Diponegoro sebagai penasehat Badan Kerjasama Budayawan dan Militer. Tetapi kepercayaan itu saya pakai untuk melindungi kawan-kawan seniman yang akan ditangkap, supaya tidak dibunuh. Pada masa meletusnya bulan september 1965, Affandi memang sempat di interogasi dan ditahan di penahanan Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta, DIY. 

Affandi yang kala itu ex-PKI di zaman Orde Baru, Soeharto masih melekatkan penghargaan kepadanya sebagai "Bintang Jasa Utama" dari Presiden Republik Indonesia ke-2 Soeharto pada 1978, mungkin salah satu penghargaan dikala Affandi sebelum wafat pada 1990.

Pada 2007, Bupati Kabupaten Sleman yakni Ibnu Subiyanto, mengubah jalan yang kala itu bernama Jalan Gejayan lalu diubah menjadi Jalan Affandi pada masa pemerintahannya. Sejarah dibalik nama Jalan Gejayan juga bukan sembarang sejarah, titik kumpul dari para aksi Gejayan sejak Orde Baru hingga kian rezim terus berganti, para demonstran yang identik memakai kostum warna hitam tetap terus menyaringkan alarm demokrasi bangsa ini. Pergantian yang tepat ke Jalan Affandi yang menghubungkan ruas jalan ekonomi, jalan pendidikan, jalan politik dan kebudayaan.

Tapi pada inti dari pembahasan ini ialah penamaan jalan harus punya tujuan memasyarakatkan keteladanan dan menumbuhkan semangat kepahlawanan dan kepatriotan demi bangsa dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun