Mungkin ketika kita mendengar Pulau Bali yang tergesit dipikiran kita yakni keindahan yang tak ada duanya terhadap destinasi pantainya. Tetapi tak disangka juga kalau Pulau Bali menjadi tempat berlabuhnya para seniman entah itu untuk menggantungkan sebagai pekerjaan mereka atau mungkin hanya sekedar bersinggah untuk mendapatkan ide-ide baru dalam menciptakan karya-karya masterpiecenya.Â
Kalau didunia seni lukis ada Affandi Koesoema, Basuki Abdullah, Hendra Gunawan, S. Sudjojono, Â M. Yatim, Tedja Suminar dan masih banyak lagi, pelukis-pelukis tersebut bukan berasal dari Pulau Bali tetapi sempat menggantungkan pekerjaanya di Pulau Bali bahkan ada beberapa pelukis menjadikan Pulau Bali sebagi tempat kelak rumah barunya.Â
Bahkan Tedja Suminar pernah mengungkapkan di salah satu video dokumenternya di media sosialnya YouTubenya, ketika menyambangi dan mensketsa wajah pelukis Ketut Tunggeh, dengan sembari menceritakan sejarah seni lukis yang berkembang di Pulau Bali "Sebetulnya seni lukis Indonesia berkembang dari bali itu terjadi sebelum Indonesia merdeka sekitar 1930, waktu itu ada Walter Spies, Rudolf Bonet, dibantu oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati mendirikan PITA MAHA.
 Sebelum seni lukis bali berkembang, pelukis Bali berkembang tradisi dekoratif menggambarkan religi keagamaan pewayangan mahabrata dan ramayana yang sampai saat ini ada di atap Kerta Gosa. Seni lukis tradisional bali masih ada di desa Kapasan, jadi adanya PITA MAHA itu merubah arah pandang seni lukis Bali.Â
Jadi mereka diberi arah kebebasan, maka seniman Bali yang berbakat luar biasa itu begitu terbuka dia menggambarkan realisme, begitulah perkembangan seni lukis Bali terus berkembang dan kita tidak bisa melawan modernisasi dan globalisasi. Seni lukis sekarang sudah berkembang kehendak pribadi masing masing karena saya buka pengamat seni lukis maka saya tidak bisa lebih jauh menilai apakah itu krisis atau kritis." ungkapnya
Bahkan Walter Spies seniman yang berasal dari negara Jerman, Eropa. Yang pada saaat itu diundang oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati sekitar tahun 1925, yang dimana berkat lukisan-lukisannya tentang keindahan Pulau Bali akhirnya dikenal oleh seantero dunia. Bahkan Walter Spies membuat sepucuk suratnya yang berisi "Kamu tidak bisa membayangkan seperti apa (Bali dan Hindia Belanda) itu adalah hal yang paling fantastis yang pernah ada."
Bukan itu saja, musisi band Indonesia ternama seperti Slank mengungkapkan bahwasanya Pulau Bali menjadi rumah kedua setelah Jakarta yang terdapat di Pulau Jawa. karena "Bali menjadi tempat yang bagus untuk merefresh pikiran kita dengan sejuta keindahannya di Pulau Bali." Ungkap Bimbin pentolan band Slank. bahkan ketika dia di Pulau Bali terciptalah lagu-lagu yang menceritakan kisahnya di Pulau Bali seperti lagu (Bali Bagus di album Kampungan), (Poppies Lane Memory di album Tujuh) "Bahkan Slank dulu kebetulan sempat bareng liburannya dengan band Grass Rock ke Bali" ungkap Bimbim dan Kaka.Â
Grass Rock band yang berasal dari Pulau Jawa tepatnya di Surabaya. Pay Burman salah satu mantan personil band Slank, yang dimana lagu Asian Games 2018 Indonesia sebagai tuan rumah pada saat itu, dan soundtrack yang dilantukan oleh penyanyi Via Vallen sukses digawangi olehnya. dimana diungkapkan oleh Pay "lagu tersebut dibuat di Bali mulai dari pembuatan lirik, aransemen, bahkan rekamannya juga, jadi tinggal terima beresnya aja untuk dikirimkan ke Jakarta." ungkapnya.
Jadi para wisatawan untuk pergi ke Pulau Bali bisa juga mencari suasana baru untuk sekedar pergi ke museum-museum atau galeri-galeri para maestro seniman di Pulau Bali, biasanya Kabupaten Gianyar terkenal dengan kampungnya para seniman, atau mungkin bisa juga menciptakan suatu karya masterpiece dan Pulau Bali bisa menjadi objek suatu karya tersebut, atau bisa saja Pulau Bali dijadikan sebagai menempuh pendidikan di dunia seni tepatnya di Institut Seni Indonesia Denpasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H