Saat asik main main game dan mendengar tv yang lagi nyala, tidak tau saluran apa, terdengar kata Golpar. Kemudian suara kembali terdengar "Maaf maksud kami Golkar". Saya yang lagi main game menoleh kearah tv. Ternyata Tv One lagi ngeliput kampanye Partai Golkar (Golongan Karya)
Teman disebelah nyeletuk "Ini mah tv dalam partai, bukan partai dalam tv." Hm, butuh waktu mikir maksud ucapan teman saya tadi. Oh saya ngerti, tidak mau kalah saya nyeletuk "Reporternya keselek, ngotot banget ngomong Golkar, jadi Golpar.....Golpar: Golongan Tepar". Spontan teman saya ngakak. Asal bunyi juga saya ini.
Reporter Tv One melaporkan sampai ke visi misi partai Golkar, suasana dukungan disana seperti apa. Saya kira, mungkin sedang kampanye. Sempat saya mikir hebat juga,punya uang, punya tv (media), dinaungi partai pula, maka kampanye makin mantep. Tapi pemilih kita umumnya Golput kemarin (nah ini lain lagi, kelakar dari Imam Waluyo yang diteruskan menjadi gerakan oleh Arief Budiman, aktivis demonstran angkatan '66, kritis terhadap politik pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi). Golput sebenarnya buka tidak mencoblos, tapi nyoblos bagian kertas putih saja.
Tepar biasa digunakan generasi kekinian singkatan terkapar, baru baca juga ternyata bahasa slengean Jakarta yang sebenarnya sudah lama. Tepar masih bertebaran diucapkan, baik yang abis pulang dugem langsung tepar, atau letih karena kerjaan langsung tepar, atau kadang digunakan menggantikan kata "sakit".
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H