Mohon tunggu...
Ilham Maulana
Ilham Maulana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penyuka seni dan politik. Kunjungi: https://soundcloud.com/ilamn , musik gratis dari saya untuk Kompasianer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Idris Sardi Sang Maestro

29 April 2014   06:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

viva.co.id

Tiada lagi kata mesra
Tiada lagi gelak tawa
Tiada lagi belai menggapai rambut
Tiada lagi senyum merekah lembut
Tiada lagi semua itu, tiada lagi
Hilang semua hilang
Di suatu malam yang berkabut

Peluh dan embun
Membasahi tubuh dan Bumi
Sebasah wajah cinta tertetes airmata
Mimpiku telah gugur lebur bersama kasihmu
Diujungnya malam yang kelabu
Kini embun kering di mentari pagi
Sekering airmata hati ini
Kubiarkan hari berlalu
Berganti hari yang sepi
Namun kasihmu adalah kasihku
Cintamu adalah cintaku

Christina, cintamu seputih kasihmu
Christina, wajahmu seanggun hatimu
Christina, kasihmu setulus cintamu

Begitulah lirik lagu dari karya Sang Maestro Idris Sardi yang dinyanyikan Rafika Duri "Christina", yang akrab ditelinga saya sewaktu kecil. Nyanyian Rafika begitu lembut, musik yang mengalun, tenang. Ada ribuan karya beliau yang tentunya saya belum dengar semua, tapi saya dapat pastikan itu menjadi bagian dari sejarah perjalanan musik Indonesia.

Maestro biola, Idris Sardi, mengembuskan napas terakhir di usianya ke-75 tahun di Rumah Sakit Meilia, Cibubur, Senin 28 April 2014. Saya kaget juga dengar berita ini, karena dulu sempat berpapasan di acara nikahan teman, beliau tampak berjalan tegak, dengan pakaian yang sangat rapi. Tidak disangka beliau sedang sakit, penyakit asam lambung serta lever yang semakin parah sejak Desember 2013 lalu.

Suasana haru meliputi sanak keluarga, kerabat dan sahabat yang mengantar jenazahnya ke Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Tebet, Jakarta. Teman nyokap yang merupakan keponakan beliau mengirim SMS tentang kepergiannya. Terus terang kita semua ikut merasa kehilangan. Karya beliau dari tahun 60 - 80 sangat akrab menemani keluarga, menghiasi film-film kala itu. Karena saya masih kecil, hanya bisa menikmati lagu-lagu itu diputar di piringan hitam milik kakek atau film-film yang ada dalam VHS tape seperti "Cinta Pertama" (1974).

Banyak murid beliau untuk belajar biola seperti Eros Djarot, Maylaffayza Wiguna, Bella Saphira dan lain-lain. Idris adalah orang yang perfeksionis. Galak karena cinta. Karena dia tidak ingin gagal dalam mendidik semua muridnya. Idris Sardi sudah menghasilkan sekitar 1.900 karya.Ada seperempat master karya almarhum yang masih perlu diabadikan. Karya-karyanya akan terus terjaga sepanjang merah putih tetap berkibar. Tak akan dilupakan oleh bangsa Indonesia.

Selamat Jalan Maestro Karyamu akan selalu kami kenang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun