Mohon tunggu...
Ilham Rabbani
Ilham Rabbani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)

Ilham Rabbani, alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Magister Sastra, Universitas Gadjah Mada (UGM). Melanjutkan studi di Program Doktoral (S3) Ilmu-Ilmu Humaniora UGM dengan konsentrasi Kajian Sastra. Aktif memublikasikan karya sastra di berbagai media dan kritik akademik di jurnal-jurnal nasional. Karya-karyanya yang telah diterbitkan dalam bentuk buku adalah kumpulan esai Perihal Sastra & Tangkapan Mata (2021), buku kajian Sastra, Kedaruratan, Pahlawan (2022), dan buku kumpulan puisi Mempelajari Silsilah Api (2023).

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menilik Senyum Karyamin bersama Komunitas Sastra Dua-Belas Pena

6 Januari 2024   15:53 Diperbarui: 6 Januari 2024   15:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Komunitas Sastra Dua-Belas Pena PBSI FKIP UMP

Kumpulan cerpen Senyum Karyamin (1989) adalah salah satu masterpiece dalam khazanah sastra Indonesia modern. Buku berisi tiga belas cerpen tersebut, ditulis oleh Ahmad Tohari, salah seorang sastrawan kondang Indonesia yang dilahirkan pada tanggal 13 Juni 1948 di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah. Cerpen-cerpen yang terhimpun di dalam antologi Senyum Karyamin pernah memenangkan berbagai penghargaan, dan salah satu di antaranya adalah Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 oleh Radio Nederlands Wereldomroep.

Tema-tema pembicaraan dalam ketiga belas cerpen seakan tak lekang oleh waktu—dan oleh sebab itulah, Komunitas Sastra Dua-Belas Pena, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (PBSI FKIP UMP) memilihnya sebagai teks yang dibahas dalam diskusi perdana mereka. Diskusi perdana tersebut dibersamai oleh penilik Andre Rifki Aji Saputro, S.Pd. (Mahasiswa S2 PBSI UMP) dan pemantik Ilham Rabbani, S.Pd., M.A. (Dosen PBSI FKIP UMP), bertempat di Lab. Pengembangan PBSI FKIP UMP dan berlangsung sejak pukul 16:00 sampai dengan pukul 17.45 WIB.

Komunitas sastra tersebut, yang notabene bernaung di bawah Prodi PBSI FKIP UMP dan berada di bawah pembinaan Ketua Program Studi PBSI FKIP UMP, Akhmad Fauzan, M.Pd., mengajak dan membuka diskusi bukan hanya bagi para mahasiswa di lingkungan kampus terkait, melainkan juga bagi masyarakat umum yang menaruh minat pada isu-isu kebahasaan dan kesastraan baik di level lokal Banyumas, nasional, maupun internasional. Diskusi tersebut juga bersifat gratis dan tidak dipungut biaya.

Dalam diskusi tersebut, Andre selaku penilik melihat, tokoh Karyamin dalam cerpen “Senyum Karyamin” karya Ahmad Tohari sebagai orang sangat taat pada aturan, kendati ketaatan-ketaatan itu menimbulkan dampak menyulitkan bagi dirinya sendiri. Ia juga melihat Karyamin sebagai tokoh yang secara ekonomi dapat diklasifikasikan ke dalam masyarakat kelas menegah ke bawah. Kondisi perekonomian tersebutlah yang sangat potensial menyeretnya terjerat dalam hegemoni kelas dominan yang mengontrol berbagai kebijakan—dan kebijakan-kebijakan tersebut mewujud salah satunya ke dalam kewajiban membayar iuran dana Afrika, yakni dana yang diperuntukkan bagi orang-orang kelaparan di Benua Afrika.

Dokumentasi Komunitas Sastra Dua-Belas Pena PBSI FKIP UMP
Dokumentasi Komunitas Sastra Dua-Belas Pena PBSI FKIP UMP

Sementara itu, Ilham selaku pemantik berpandangan bahwa buku kumpulan cerpen Senyum Karyamin bisa dilihat—dari segi problematika sosial yang diangkat—sebagai semacam “buku ramalan” yang dituliskan Ahmad Tohari sejak jauh-jauh hari (1989). Dari seluruh tokoh yang diciptakan Ahmad Tohari lewat tiga belas cerpen yang terhimpun dalam Senyum Karyamin, Karyamin menjadi satu-satunya tokoh“pemenang”: satu-satunya tokoh yang mampu tersenyum sabar, nrima, dan rila sebagaimana sikap hidup khas orang Jawa tradisional di atas nasib yang menimpa, baik dari Tuhan maupun konyolnya kebijakan pemerintah dalam cerita. Karyamin kebal menghadapi kekonyolan-kekonyolan hidup pada masa penuh penekanan, dan justru memasang senyum, meski penuh ironi.

Diskusi pun dilanjutkan dengan tanya jawab antara penilik dan pemantik dengan para audiens yang hadir. Saat itu, di tengah derasnya hujan di Kota Purwokerto, diskusi dihadiri kurang lebih dua puluh audiens dari berbagai latar belakang instansi dan disiplin, mulai dari alumus Universitas Gadjah Mada, mahasiswa pascasarjana, para penggiat literasi di daerah banyumas, dan lain-lain. Dalam postingan Facebook-nya mengenai diskusi perdana Komunitas Sastra Dua-Belas Pena itu, Dani Darmabrata Dasuki berpandangan bahwa mengikuti acara tersebut adalah salah satu jalan menjadi seorang penggembira.

Tidak lupa, para anggota internal Komunitas Sastra Dua-Belas Pena mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut terlibat dalam diskusi perdana komunitas mereka yang bertajuk “Menilik Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari”. Mereka pun berharap perjumpaan dan dialektika keilmuan tersebut akan terus terawat hingga edisi-edisi berikutnya. Komunitas Sastra Dua-Belas Pena pun mengingatkan bahwa akan ada perjumpaan berikutnya di edisi kedua, di bulan Januari 2024 mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun